Jakarta, CNN Indonesia -- Federal Reserve AS pada Rabu (14/12) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, seperti yang diharapkan. Dengan alasan untuk meningkatkan ekonomi selama satu bulan ke depan sebelum Presiden terpilih Donald Trump secara resmi berkantor di Gedung Putih.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) sepakat untuk meningkatkan suku bunga dana federal pada kisaran 0,5 sampai 0,75 persen. Namun mereka memerlukan "tahapan" untuk meningkatkan kemajuan.
Kenaikan suku bunga dari kisaran sebelumnya yaitu 0,25-0,5 persen adalah kenaikan pertama sejak Desember 2015 dan kedua kalinya selama satu dekade terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pengamat akan memperhatikan secara teliti pemimpin Fed Janet Yellen menyusul pengumuman ini, seberapa cepat laju kenaikan suku bunga pada tahun depan.
Banyak analis memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga secepatnya jika Trump menjanjikan belanja infrastruktur dan pemotongan pajak bahan bakar inflasi lebih cepat.
Pernyataan FOMC mencatat bahwa indikator inflasi "masih rendah" dibandingkan dengan target bank sentral 2,0 persen.
"Mengingat kekurangan sekarang ini dari inflasi dua persen, Komite akan secara cermat memantau dengan aktual setiap kemajuan yang diharapkan untuk mencapai tujuan inflasi tersebut," katanya seperti dikutip AFP, Kamis (15/12).
Dalam proyeksi ekonomi mereka, para pejabat Fed memproyeksikan tiga kenaikan suku bunga pada 2017, menempatkan suku bunga 1,4 persen pada akhir tahun. Kemudian akan menaikkan pada penutupan 2018 menjadi 2,1 persen.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) telah meramalkan Janet Louise Yellen dan Dewan Gubernur The Federal Reserve (Fed) lainnya akan menaikkan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) dalam rapat yang digelar pada 13-14 Desember 2016 ini.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung menilai rencana kenaikan suku bunga the Fed tidak akan mengejutkan Indonesia.
(pmg/pmg)