Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa saham AS jatuh paling dalam selama dua bulan pada perdagangan Rabu (14/12) setelah bank sentral AS (Federal Reserve) menaikkan suku bunga 25 basis poin dan mengisyaratkan kenaikan bisa terjadi lagi tahun depan yang lebih cepat daripada perkiraan.
Indeks Dow Jones Industrial Average jatuh 118,68 poin atau 0,6 persen ke 19.792,53, indeks S&P 500 kehilangan 18,44 poin atau 0,81 persen ke 2.253,28. Sementara indeks Nasdaq Composite turun 27,16 poin atau 0,5 persen ke 5.436,67.
Seperti dilansir dari
Reuters, saham energi menjadi pemberat utama dalam indeks S&P 500 setelah penurunan tajam harga minyak mentah AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga muncul setelah presiden terpilih Donald Trump, yang akan dilantik bulan depan, berencana memotong pajak dan meningkatkan belanja untuk infrastruktur.
Ketua The Fed Janet Yellen mengindikasikan bahwa bank sentral itu beradaptasi dengan kebijakan Trump, karena beberapa anggota komite mulai menggeser asumsi kebijakan fiskal untuk pertumbuhan ekonomi yang sedikit lebih cepat dan pengangguran yang lebih rendah.
Saham terkena aksi jual selama konferensi pers Yellen setelah pernyataan Fed. Yellen kembali ke komentar terbaru yang mengisyaratkan Fed dapat membiarkan perekonomian untuk 'memanas' selama waktu tertentu. Hal itu berarti inflasi bisa sedikit naik dan pengangguran bisa tetap rendah sebelum Fed merasa perlu untuk mengetatkan kebijakan lebih cepat.
"Yellen tampaknya meredam harapan tentang kesediaannya untuk membiarkan itu terjadi. Jika Fed terlihat kurang bersedia untuk membiarkan perekonomian memanas, maka pasar akan bereaksi," kata Brian Jacobsen, Kepala Strategi Portofolio Wells Fargo Funds Management di Menomonee Falls, Wisconsin.
Pasar telah menyesuaikan diri dengan kenaikan suku bunga oleh The Fed. Namun kenaikan yang lebih cepat dari perkiraan di tahun depan dapat memberikan pedagang alasan untuk melakukan aksi ambil untung.
Sejak pemilihan presiden AS pada 8 November lalu, bursa saham telah menguat karena spekulasi bahwa kebijakan Trump yang ramah bisnis diharapkan merangsang ekonomi. Namun, beberapa pelaku pasar khawatir bahwa harga saham berada dalam skenario yang sangat menguntungkan, sehingga menjadi rentan.
Sementara, harga minyak mentah AS turun hampir 4 persen, yang terbesar sejak pertengahan Juli. Hal itu karena kekhawatiran baru tentang kelebihan suplai minyak yang dipicu oleh meningkatnya persediaan AS.
Adapun dolar AS menguat di seluruh papan perdagangan uang, indeks dolar mencapai tingkat tertinggi dalam hampir 14 tahun, yang membebani harga minyak dan komoditas lainnya dalam mata uang AS.