Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak merosot lebih dari 3 persen pada perdagangan Rabu (14/12) waktu Amerika Serikat setelah Bank Sentral AS, Federal Reserve memutuskan untuk mengerek suku bunga acuannya.
Dikutip dari
Reuters, nilai tukar dolar AS menguat setelah The Fed menaikkan suku bunga dan memberi sinyal bahwa laju pertumbuhan ekonomi akan meningkat tahun 2017. Semakin tinggi nilai tukar dolar AS, maka semakin mahal bagi negara-negara lain untuk membeli minyak dengan denominasi tersebut.
Hasilnya, harga minyak Brent berjangka ditutup di angka US$53,9 per barel atau turun US$1,82. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediates (WTI) turun US$1,96 ke angka US$51,04 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping penguatan dolar AS, harga minyak juga tertekan oleh persediaan minyak mentah AS yang melimpah. Energy Information Administration (EIA) AS melaporkan bahwa persediaan minyak berjangka di Cushing, Oklahoma meningkat untuk keenam kalinya dalam tujuh pekan terakhir.
Sementara di sisi lain, organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) akan memangkas produksi 1,24 juta barel per hari. Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih mengatakan, dibutuhkan waktu yang cukup lama bagi pasar untuk pulih setelah kesepakatan tersebut.
Tak hanya OPEC, 11 negara anggota non-OPEC juga setuju untuk memangkas produksi minyak 558 ribu barel per hari untuk mengurangi kelebihan suplai dan harga yang semakin melandai.