Jakarta, CNN Indonesia -- PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO) berencana menerbitkan saham baru melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau
rights issue dengan target raihan dana sebesar Rp4,1 triliun.
Berdasarkan prospektus perusahaan yang dikutip Rabu (21/12), penerbitan saham baru ini masuk dalam rangkaian Penawaran Umum Terbatas I (PUT I). Rencananya, perusahaan akan melepas sebanyak-banyaknya 40,59 miliar saham baru dengan harga penawaran Rp101 per saham.
Nantinya, setiap pemegang lima saham lama yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada 9 Maret 2017 pukul 16.00 WIN berhak atas 597 HMETD, di mana setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sebanyak satu saham baru seri B.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan sendiri telah melaporkan penerbitan ini kepada regularot Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 14 Desember lalu. Sementara, perusahaan baru akan melakukan Rapat Umum Pemegang Sham Luar Biasa (RUPSLB) pada 27 Januari tahun depan dengan target penyertaan pendaftaran menjadi efeksif oleh OJK pada 27 Februari 2017.
Adapun, perusahaan akan menggunakan dana yang diraup dari rights issue untuk mengambil alih saham PT Hokindo Properti Investama (HPI) sebesar 99,99 persen. Untuk itu, perusahaan akan menggunakan 97,28 persen dana rights issue atau sebesar Rp3,94 untuk mengambil alih HPI.
Sementara, sisanya sebesar Rp45 miliar atau 1,11 persen akan digunakan untuk membaya sebagian kewajiban perusahaan, kemudian 0,38 persen atau Rp15,5 miliar untuk modal kerja perusahaan, dan 1,23 persen atau Rp50 miliar diperuntukkan bagi HPI sebagai modal kerja.
Sekadar informasi, Rimo International merupakan salah satu perusahaan ritel yang telah didirikan sejak 1987 dan tercatat sebagai perusahaan terbuka pada 10 November tahun 2000.
Sebelumnya, perusahaan juga sudah mengumumkan untuk menerbitkan
rights issue. Terakhir, perusahaan berencana menerbitkan rights issue pada bulan Juni dengan menargetkan dana raihan sebesar Rp7,5 triliun dan melepas 28,39 miliar saham senilai Rp265 per saham.
Penerbitan yang direncanakan pada Juni tersebut merupakan rencana lanjutan dari sebelumnya yang gagal karena tak mendapatkan izin efektif OJK. Perusahaan ini sempat menargetkan raupan dana hingga Rp8,1 triliun sebelum akhirnya diturunkan menjadi Rp7,5 triliun, dan kini diturunkan kembali menjadi hanya Rp4,1 triliun.
(gir)