Jakarta, CNN Indonesia -- Kian agresifnya PT Pertamina (Persero) mengakuisisi lapangan-lapangan minyak dan gas bumi (migas) di luar negeri dinilai sebagai langkah tepat untuk mengamankan pasokan minyak mentah untuk kilang-kilang yang tengah dikembangkan di Indonesia.
Selain dua proyek pembangunan kilang baru, yakni kilang Tuban dan Bontang, Pertamina juga menggarap proyek revitalisasi (
refinery development master plan/RDMP) empat kilang, Balikpapan, Cilacap, Balongan dan Dumai dengan investasi total US$36,79 miliar sampai 2023 mendatang.
Dirgo Purbo, Pengajar Geoekonomi Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), mengatakan biaya pembangunan kilang tidak bisa diliat hanya satu aspek saja fisik, tapi juga harus memasukkan biaya sumber ladang minyaknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Artinya membangun kilang harus mendapat
guarantee supply minyak minimal delapan tahun,” kata Dirgo, Kamis (22/12).
Ia memperkirakan, apabila seluruh proyek pengembangan kilang Pertamina selesai tepat waktu. Maka pada 2023 mendatang, kebutuhan minyak mentah untuk diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) di kilang Pertamina akan meningkat.
Dirgo mencatat untuk dua kilang baru saja, Pertamina akan menambah kapasitas produksi sebanyak 600 ribu barel per hari (bph). Sementara untuk kilang yang direvitalisasi akan bertambah produksinya sebanyak 415 ribu bph.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam menuturkan, saat ini perseroan tengah fokus mendapatkan hak pengelolaan dua ladang migas, Ab-Teymoura dan Mansouri di Iran untuk menjamin ketersediaan pasokan minyak mentah kilang yang digarapnya.
“Februari kami masukkan proposal, kemudian yang diminta mereka adalah Pertamina harus bisa menunjukkan kemampuan
technical, dan finansialnya menarik,” kata Syamsu.
Jika proposal diterima Pertamina menargetkan bisa menjadi operator di dua blok yang memiliki jumlah total cadangan sekitar 3 miliar barel tersebut. Skema kerja sama yang diusung nantinya berupa
service contract sehingga Pertamina akan mendapatkan bagian dari minyak dan gas yang diproduksi.
“Kami bisa dapat
entitlement-nya. Seperti di Irak juga kan
service contract, per barel dapatnya sekian,” ungkap Syamsu.
Firlie Ganinduto, Ketua Komite Tetap Hulu Minyak dan Gas, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, mengatakan proyek kilang-kilang besar positif untuk memenuhi ketahanan energi nasional.
“Namun harus dicermati juga bahwa Indonesia akan menjadi negara importir
crude oil lebih besar,” kata dia.
(gen)