Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) berencana mengalokasikan anggaran belanja modal atau
capital expenditure (capex) sebesar US$6,6 miliar setara Rp85 triliun untuk tahun depan. Dana tersebut rencananya akan dimanfaatkan untuk mengembankan sektor hulu dan investasi lain di dalam negeri.
"Upstream (hulu) US$3,5 miliar, US$1,5 miliar kami gunakan untuk pengembangan internasional, dan US$2 miliar untuk pengembangan di dalam negeri," ujar Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dikutip dari Detikcom, Rabu (28/12).
Dari total belanja modal yang dialokasikan, sebanyak 40 persen di antaranya berasal dari internal kas perseroan. Sedangkan, 60 persen sisanya dicari melalui pinjaman eksternal. Sehingga, diharapkan laba bersih perseroan di tahun depan juga bisa terkerek.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hampir semua
equity 40 persen dan 60 persen pinjaman," kata Dwi.
Saat ini, Pertamina juga tengah mengkaji sejumlah aksi korporasi, seperti sekuritisasi aset serta pencarian dana melalui
project loan dan penerbitan oblligasi.
"Belum kami tentukan, kami kaji sejauh mana. Makanya, nanti kebutuhan pendanaan apakah dalam bentuk project loan atau obligasi," imbuh Dwi.
Sebelumnya, Pertamina juga menargetkan dapat meraih laba bersih sebesar US$3,04 miliar. Angka tersebut naik 5,55 persen dari prognosa perolehan laba bersih tahun ini sebesar US$2,88 miliar.
Komisaris Utama Pertamina Tanri Abeng menjelaskan, hal tersebut masuk dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2017 yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Jumat (23/12) lalu.
"Disepakati semua rencana kerja yang menantang akan lebih baik dari tahun ini. Dalam RKAP laba bersih tumbuh hampir enam persen," ungkap Tanri.
Hingga kuartal ketiga tahun ini, perusahaan migas pelat merah ini membukukan laba sebesar US$2,83 miliar. Perolehan itu dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan laba sepanjang 2015 sebesar US$1,42 miliar.
Peningkatan laba bersih didorong oleh bertambahnya pendapatan perseroan hingga sebesar 15 persen, dibandingkan prognosa tahun ini sebesar US$37,03 miliar menjadi US$42,59 miliar.
Pertamina juga menargetkan pendapatan Ebitda tumbuh enam persen dari target prognosa 2016 sebesar US$6,98 miliar menjadi US$7,43 miliar, dengan ebitda margin yang ditargetkan turun delapan persen menjadi 17,4 persen dari prognosa 2016 sebesar 18,9 persen.
Ebitda merupakan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau earning before interest,
taxes,
depreciation, and
amortization.
Menurut Tanri, kinerja sepanjang tahun ini baik. Tetapi, dalam RUPS, pemegang saham memberikan sejumlah target baru bagi manajemen agar perseroan bisa lebih baik lagi tahun depan.
"Dan hal ini tidak gampang, oleh sebab itu, ini tantangan," pungkasnya.
(bir)