Usai Didepak Sri Mulyani, JP Morgan Kerek Rating Indonesia

CNN Indonesia
Senin, 16 Jan 2017 18:50 WIB
JP Morgan menilai fundamental makro Indonesia kuat, dengan potensi pertumbuhan tinggi dan rasio utang terhadap PDB yang rendah serta reformasi ekonomi.
JP Morgan menilai fundamental makro Indonesia kuat, dengan potensi pertumbuhan tinggi dan rasio hutang terhadap PDB yang rendah serta reformasi ekonomi. (REUTERS/Dylan Martinez)
Jakarta, CNN Indonesia -- JP Morgan merevisi naik peringkat investasi untuk Indonesia ke level 'netral'. Sebelumnya, JP Morgan memberikan peringkat 'underweight' untuk Indonesia, yang berujung pemutusan kerja sama oleh Kementerian Keuangan.

Analis JP Morgan, Adrian Mowat menyatakan, setelah dua bulan, pihaknya membalikkan sebagian alokasi taktis. Hal itu dilakukan setelah kenaikan imbal hasil obligasi dan penarikan dana (redemption) besar di pasar negara berkembang (emerging markets) yang dikhawatirkan akhirnya terjadi.

"Penurunan rating taktis kami dua bulan lalu didorong oleh risiko Indonesia yang kinerjanya tertinggal dari Asia Pacific selain Jepang dan pasar negara berkembang memberikan indikasi investor mengatur ulang risiko investasi. Dalam pandangan kami, penarikan dana dan volatilitas risiko obligasi sekarang telah ditinggalkan," jelasnya dalam riset, Senin (16/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, pasar saham Asia terbukti tangguh menghadapi kejutan volatilitas obligasi pasca kemenangan Trump. Padahal, sebulan setelah pemilu AS, penarikan dana saham dan obligasi di pasar negara berkembang masing-masing mencapai US$ 15 miliar . ia percaya risiko penarikan dana sekarang telah berakhir.

Selain itu, ia menjelaskan faktor perubahan alokasi aset taktis pada 13 November 2016 lalu adalah nilai pasar obligasi yang tumbuh lebih cepat dan berpotensi lebih tinggi pasca kejutan defisit anggaran AS dengan kemenangan Donald Trump di Pemilu AS.

"Fundamental makro Indonesia kuat, dengan tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi dan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto yang rendah serta reformasi ekonomi. Di Asia, negara ini menjadi penerima manfaat terbesar dari arus dana obligasi," kata Adrian.

Seperti diketahui, hasil riset JP Morgan yang terbit 13 November 2016 lalu berimbas pada pemutusan kontrak antara pemerintah Indonesia. JP Morgan dianggap telah merugikan negara karena riset yang tidak kredibel dan tidak sesuai dengan kondisi ekonomi Indonesia.

Belum lagi, pemerintah mencatat perilaku serupa telah dilakukan JP Morgan dalam beberapa kali. Akhirnya Sri Mulyani resmi memutus kontrak JP Morgan sebagai diler utama penjual Surat Utang Negara (SUN) dan JP Morgan baru bisa kembali menjadi rekan pemerintah setidaknya 12 bulan usai pencabutan kontrak.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER