Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) terpaksa kehilangan potensi pendapatan di sektor hilir sekitar US$70 juta akibat gangguan operasi yang berujung pada 35 kali penon-aktifan unit kilang (
unplanned shut down) sepanjang tahun 2016.
Direktur Pengolahan Pertamina Toharso mengatakan, gangguan operasi dipicu oleh permasalahan teknis kilang yang dilatarbelakangi oleh usia kilang yang sudah tua dan kurang disiplinnya Pertamina dalam melakukan perawatan.
"Contohnya kerusakan kilang di Balikpapan, kilangnya memang dibangun sejak 1948. Kemudian, seharusnya yang di Balikpapan itu
turn around (perawatan) setahun yang lalu," ungkap Tuharso di kantornya, Selasa (24/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 15 Januari 2017 lalu, kilang Balikpapan mengalami kebocoran pengangkut uap atau
steam yang berakibat pada terhentinya pengoperasian Unit I dan Unit II.
Kilang Unit I yang memiliki kapasitas olah sekitar 60 ribu barel per hari (bph) terpaksa terhenti selama satu minggu. Sedangkan kilang Unit II yang berkapasitas 200 ribu bph berhenti beroperasi selama satu hari.
Imbasnya, lanjut Toharso, hasil produksi Pertamina mengalami penyusutan. Namun, ia memastikan, hal ini tak serta-merta memicu langkah impor bahan bakar minyak (BBM) dalam jumlah besar untuk menutup kehilangan potensi pendapatan.
Pasalnya, kata Toharso, perusahaan pelat merah ini masih memiliki cadangan BBM yang dapat digunakan untuk menutup sebagian potensi produksi yang hilang akibat gangguan operasi kilang.
Selain itu, langkah impor BBM dalam jumlah besar juga tak bisa dilakukan Pertamina. Sebab, perusahaan sangat menimbang dampak dari impor besar tersebut terhadap pasar dunia.
Permintaan impor yang cukup besar secara langsung dikhawatirkan membuat harga minyak di pasar dunia mengalami kenaikan yang drastis sehingga Pertamina mengatur skema impor secara bertahap.
"Kita masih memiliki cadangan BBM selama 20 hari sehingga kita maksimalkan. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi gejolak harga di pasar ketika kita kekurangan pasokan BBM," jelasnya.
Namun, Toharso tak menampik bahwa Pertamina tetap akan melakukan impor. Hanya saja, impor ini memang telah direncanakan perusahaan untuk jangka waktu satu tahun, dilakukan bertahap, dan menyesuaikan kebutuhan.
Disiplin PerawatanBerkaca pada pengalaman ini, Toharso menyebutkan bahwa Pertamina akan meningkatkan kedisiplinannya dalam melakukan perawatan kilang. Pertamina menjadwalkan melakukan perawatan pada kilang Balikpapan pada April 2017 mendatang.
"Selain Balikpapan, dalam waktu dekat, 23-30 Februari 2017 ini kita akan perawatan kilang Balongan juga," imbuh Toharso.
Untuk perawatan kilang, Pertamina menjadwalkan akan melakukannya secara bergantian untuk tiap-tiap kilang. Adapun waktu perawatan dilakukan bergantian agar kegiatan produksi kilang tetap berjalan dan hasil produksi tak menyusut secara drastis.
Selain itu, Pertamina juga akan melakukan antisipasi gangguan operasional lainnya. Pertama, memastikan tak ada dampak fatal dari gangguan operasi kilang. Kedua, inspeksi kilang.
Ketiga, efisiensi dalam operasi. Keempat, optimalisasi infrastruktur yang dimiliki. Kelima, berkomunikasi dengan organisasi dan unit Sumber Daya Manusia (SDM) perseroan terkait teknis-teknis pengoperasian dan perawatan kilang.
(gen)