29 Tahun Lebih RI Mandek di Kelompok Negara Menengah ke Bawah

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 06 Feb 2017 13:42 WIB
Sepanjang tahun lalu, Pemerintah hanya mampu meningkatkan PDB per kapita menjadi Rp47,96 juta atau hanya naik 6,2 persen dibanding 2015.
Bank Indonesia (BI) pernah menyatakan jika Indonesia tidak ingin terjebak selamanya dalam kelompok tersebut, maka PDB per kapita Indonesia harus lebih dari US$12 ribu per tahun pada 2030 mendatang. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) melansir, berdasarkan harga berlaku, Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per kapita tahun 2016 sebesar Rp47,96 juta atau setara dengan US$3.605,49. Angka ini naik 6,2 persen dari tahun lalu, Rp45,14 juta.

Dengan demikian, selama lebih dari 29 tahun, Indonesia mandek di kelompok negara kelas menengah ke bawah. Padahal, sebelumnya Bank Indonesia (BI) pernah menyatakan jika Indonesia tidak ingin terjebak selamanya dalam kelompok tersebut, maka PDB per kapita Indonesia harus lebih dari US$12 ribu per tahun pada 2030 mendatang.

Melihat hal itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menilai pemerintah perlu mendorong seluruh sektor industri agar nilai tambah perekonomian bergerak positif. Terutama sektor yang banyak menyerap tenaga kerja dan kontribusinya besar terhadap perekonomian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau saya berharap untuk sektor-sektor yang kontribusinya terhadap perekonomian besar, seperti pertanian, sektor industri, sektor perdagangan, dan sektor konstruksi," tutur Suhariyanto saat ditemui di kantornya, Senin (6/2).

Tahun lalu, sektor industri tumbuh 4,29 persen dengan kontribusi terhadap perekonomian mencapai 20,51 persen. Sementara, sektor pertanian hanya tumbuh 3,25 persen dengan porsi 13,45 persen terhadap kue ekonomi.

Sektor perdagangan yang berkontribusi 13,19 persen hanya tumbuh 3,93 persen. Kemudian, sektor konstruksi tumbuh sedikit lebih baik diantara tiga sektor lainnya di angka 5,22 persen dengan kontribusi sebesar 10,38 persen.

Namun demikian, empat sektor tersebut pertumbuhannya masih kalah jika sektor jasa keuangan (8,9 persen). Hal ini disebabkan oleh dampak pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga jasa perantara keuangan dan pertumbuhan pendapatan operasional lembaga pembiayaan.

Kemudian, sektor informasi dan komunikasi mengekor (8,87 persen), dan diikuti oleh sektor jasa lainnya (7,8 persen).

Jaga Inflasi

Lebih lanjut, pria yang kerap disapa Ketjuk juga mengingatkan untuk menjaga tingkat inflasi tahun ini. Hal itu penting agar daya beli masyarakat tidak tergerus.

Tahun lalu, tingkat harga mengalami inflasi sebesar 3,02 persen atau lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,02 persen.

Namun tahun ini, inflasi diprediksi bakal lebih tinggi yang dipicu oleh kenaikan harga diatur pemerintah (administered price). Mulai dari tarif pengurusan surat kendaraan bermotor, tarif dasar listrik, hingga harga bahan bakar minyak (BBM).

Pemerintah sendiri dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 menargetkan inflasi ada di level 4 persen atau sesuai dengan target BI 4 plus minus 1 persen.

"Inflasi akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga karena itu inflasi yang rendah menjadi kunci supaya daya beli konsumsi rumah tangga tak tergerus," ujarnya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER