ANALISIS

Menyisir Biang Kisruh di Tubuh Pertamina

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 07 Feb 2017 11:35 WIB
Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang dicopot dari kursi nomor satu dan dua perusahaan energi terbesar di Indonesia itu. Rumor 'matahari kembar' menyeruak.
Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang dicopot dari kursi nomor satu dan dua perusahaan energi terbesar di Indonesia itu. Kisruh 'matahari kembar' menyeruak. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kabar tak sedap menyeruak dari PT Pertamina (Persero) pada pekan lalu. Orang nomor satu dan dua di perusahaan pelat merah itu dilengeserkan dari kursinya masing-masing oleh pemegang saham, yang notabene pemerintah sendiri. Masalah komunikasi di antara keduanya disinyalir sebagai akar perginya duo pria yang kerap disapa Pak Tjip dan Pak Abe dari Pertamina.

Akibat nila setitik, rusak susu sebelanga. Mungkin itu adalah peribahasa yang tepat menggambarkan peristiwa tersebut.

Hanya karena masalah perselisihan hingga krisis kepemimpinan, dua sosok itu harus hengkang dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang masuk menjadi 500 perusahaan bonafide versi Forbes tersebut

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bisa dibilang, Pertamina ditinggalkan warisan yang menyedihkan sepeninggal bos sebelumnya, Karen Agustiawan. Mulai dari laba yang merosot sebesar 50 persen secara tahunan, inefisiensi tata kelola migas, hingga isu mafia migas yang berkeliaran di tubuh BUMN berusia 59 tahun itu.

Tak heran, Presiden Joko Widodo (Jokowi) segera mencari pemimpin di Pertamina yang berujung pada terpilihnya Dwi pada November 2014. Dwi akhirnya menjadi Direktur Utama BUMN yang pertama kali terpilih sejak Jokowi menjabat.

Beberapa langkah untuk memperbaiki keadaan akhirnya ditempuh oleh mantan pucuk pimpinan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Sesuai amanah Jokowi untuk memberantas mafia migas, Dwi memberanikan diri untuk membubarkan PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral) pada Mei 2015 silam. Pada saat itu, Petral dianggap sebagai sarang pencari rente yang beroperasi melalui impor minyak mentah.

Menyisir Biang Kisruh Di Tubuh PertaminaDwi Soetjipto saat diperkenalkan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno sebagai Dirut Pertamina, dua tahun lalu. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)


Niatan Dwi untuk membubarkan Petral dianggap tidak main-main. Saat itu, Dwi memerintahkan audit forensik dan investigasi terhadap anak usaha Pertamina yang bergerak di pembelian impor minyak tersebut sesuai rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas besutan ekonom Faisal Basri cs. Bahkan, ia juga menonaktifkan empat pegawai internal Pertamina yang terindikasi ada kaitan dengan Petral.

Hasilnya, Pertamina mencatatkan efisiensi yang cemerlang. Beban operasional Pertamina langsung terpangkas 46,44 persen di tahun pertamanya menjabat sebagai Direktur Utama. Manuver itu berlanjut di tahun lalu, di mana perusahaan mencapai efisiensi sebesar US$1,6 miliar hingga kuartal III 2016.

Di tahun awal, memang efisiensi masih belum berdampak baik bagi profitabilitas perusahaan. Pada tahun 2015, laba Pertamina mencapai US$1,42 miliar atau menurun tipis 1,39 persen dibanding posisi sebelumnya US$1,44 miliar.

Untungnya, upaya efisiensi Pertamina membuahkan hasil di tahun 2016. Hinga kuartal III saja, perusahaan berhasil membukukan laba US$2,83 miliar atau dua kali lipat dibanding total keuntungan sepanjang tahun 2015. Padahal, pendapatan operasional Pertamina pada kuartal III tahun lalu terbabat ke angka US$41,76 miliar dari tahun sebelumnya US$70 miliar.

Saat itu, Dwi mengatakan bahwa sebagian besar motor pendapatan Pertamina berasal dari lini hulu migas. Maka dari itu, tak heran jika Pertamina melakukan akusisi proyek hulu migas di luar negeri. Beberapa diantaranya terdiri dari pengelolaan blok Menzel Lejman North (MLN) di Aljazair hingga mengakuisisi 64,46 persen saham perusahaan migas Perancis, Maurel et Prom.

Di sisi hilir, perusahaan juga akhirnya meluncurkan Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi dengan titel Pertalite pada medio 2015 lalu. Siapa sangka, penjualan bahan bakar dengan kadar oktan 90 itu bisa laris di pasaran. Terakhir, kontribusinya sempat menyentuh 33 persen terhadap total konsumsi bensin Pertamina di tahun lalu.

Menyisir Biang Kisruh Di Tubuh PertaminaKinerja Pertamina di bawah komando Dwi Soetjipto menunjukkan arah perbaikan selama dua tahun terakhir. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Matahari Kembar

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER