Jakarta, CNN Indonesia -- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyatakan target operasional blok Kasuri milik Genting Oil Kasuri Pte Ltd bisa saja mundur dari jadwal seharusnya, yaitu tahun 2019. Pasalnya, penyerapan gas menunggu kesiapan industri petrokimia yang rencananya didirikan di Kawasan Industri Teluk Bintuni.
Kepala Divisi Komersial Gas SKK Migas Sampe L. Purba menjelaskan, sampai saat ini pemerintah menetapkan gas blok Kasuri bagi kompleks industri petrokimia yang dibangun PT Pupuk Indonesia (Persero).
Hasil ini dicapai setelah Genting Oil sebelumnya mengalami hambatan komersialisasi untuk gas dari Wilayah Kerja (WK) yang berlokasi di Papua Barat tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, sampai saat ini, pihaknya belum mendapat informasi perihal kesiapan pembangunan kompleks industri petrokimia tersebut. Di samping itu, masih belum ada kejelasan realisasi sarana pendukung seperti pelabuhan, fasilitas kesehatan, hingga jalan raya.
"Karena ini kepentingan industri petrokimia, yang perlu diketahui adalah kapan industri ini bisa berdiri? Tentu kalau seperti itu, ada penyesuaian bagi waktu operasional. Masalah onstream itu kan harusnya kesepakatan antara dua belah pihak, KKKS dan end user," jelas Sampe, Kamis (16/2).
Imbasnya, aspek keekonomian proyek juga belum terestimasi dengan baik. Sehingga, pemerintah belum memberikan persetujuan rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) blok Kasuri. Padahal, persetujuan PoD seharusnya diteken akhir tahun lalu agar blok Kasuri bisa beroperasi sesuai jadwal.
Jika PoD terus mundur, hal itu akan memperkecil nilai monetisasi lapangan migas. Kemudian, jika sudah terjadi kondisi seperti itu, maka ada tiga opsi yang dilakukan SKK Migas, yaitu dipaksa untuk segera menyerap gas, menaikkan harga gas yang dijual, atau membuat asumsi-asumsi lainnya.
"Dari beberapa opsi tersebut, yang paling mudah memang memundurkan jadwal operasionalnya. Tapi, kami berharap proyek ini masih berjalan sesuai jadwal," katanya.
Padahal menurutnya, sisi hulu migas sebetulnya sudah sangat siap untuk menyalurkan gas tersebut. Ia pun berharap, PoD bagi blok Kasuri bisa segera diteken dalam waktu dekat.
"Kalau dari hulu migas sih more than ready. Tapi, kembali lagi, masalah onstream ini kan perlu melihat supply chain," pungkas Sampe.
Sebagai informasi, produksi blok Kasuri diprediksi bisa mencapai 285 MMSCFD dan bisa onstream di tahun 2019. Perusahaan asal Malaysia tersebut sebelumnya telah melakukan kegiatan eksplorasi pengeboran di 10 sumur di Lapangan Merah, Lapangan Asap, dan Lapangan Kido.
Kementerian Perindustrian sebelumnya menginginkan gas Kasuri bisa menyuplai bahan baku bagi pabrik petrokimia yang dikembangkan Pupuk Indonesia dan Ferrostaal GmbH senilai US$1,5 miliar. Rencananya, alokasi gas Kasuri bagi industri diharapkan sebesar 170 MMSCFD.
"Terdapat dua sumber gas potensial, yaitu di proyek Tangguh dan di blok eksplorasi Kasuri yang berada di selatan Tangguh sampai Kabupaten Fakfak. Diharapkan segera muncul keputusan untuk memberikan izin kepada perusahaan-perusahaan yang akan membangun pabrik petrokimia di Teluk Bintuni," tutur Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, beberapa waktu lalu.