Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi meramal, suku bunga The Federal Reserve (Fed Rate) akan naik hingga empat kali di sepanjang tahun ini. Prediksi ini ini tak terlepas dari pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang sedang berlanjut.
Gundy menuturkan, masalah ketenagakerjaan yang terjadi setelah krisis finansial global pada 2008-2009 silam, boleh dibilang hampir 100 persen hilang. "Perekonomian AS saat ini telah kembali ke level full-employment. Selain itu, inflasi juga telah mencapai target The Fed, melewati level 2 persen sejak Desember 2016," ujarnya, mengutip Antara, Selasa (28/2).
Gubernur The Fed Janet Yellen sendiri sebelumnya mengatakan bahwa kebijakan fiskal merupakan salah satu faktor yang akan memengaruhi arah kebijakan moneter selama beberapa tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ia menegaskan, saat ini, masih terlalu dini menilai dampak dari kemungkinan perubahan kebijakan ekonomi, karena ukuran, waktu, dan komposisi perubahan itu masih belum pasti.
Yellen juga menekankan bahwa bank sentral mungkin akan terus menaikkan suku bunga secara bertahap. Karena, ekonomi tampaknya tidak mungkin meningkat secara kuat dalam waktu dekat lantaran faktor-faktor, seperti permintaan luar negeri yang lemah, dan pertumbuhan pasar tenaga kerja lebih lambat.
Pun demikian, beberapa pejabat Fed mengisyaratkan bahwa bank sentral dapat mempercepat kenaikan suku bunga, jika bauran kebijakan fiskal baru yang diperkenalkan oleh pemerintahan baru dan kongres meningkatkan inflasi.
Suku bunga The Fed sendiri saat ini berada di kisaran 0,5-0,75 persen di mana pada awal Februari 2016 lalu FOMC sepakat untuk mempertahankan di level tersebut.
(bir/gen)