Jakarta, CNN Indonesia -- PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) mencatat pertumbuhan pembiayaan yang nyaris stagnan sepanjang tahun lalu. Anak usaha Bank Danamon itu mencatatkan pembiayaan baru sebesar Rp30,9 triliun, hanya naik 1 persen dibanding 2015 sebesar Rp30,5 triliun dengan 1,7 juta kontrak baru.
“Kami memilih untuk berhati-hati menjaga pertumbuhan pada tahun ini. Agar margin tidak tertekan, kami fokus pada portfolio dengan tingkat pengembalian yang tinggi sambil menjaga kualitas aset yang sehat," ujar Direktur Utama Adira Finance Willy Suwandi Dharma, Kamis (2/3).
Sepanjang 2016, pembiayaan sepeda motor masih memberikan kontribusi cukup besar bagi pundi Adira yaitu mencapai Rp17,2 triliun atau 56 persen dari total pembiayaan baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Porsi pembiayaan terbesar berikutnya adalah pembiayaan mobil sebesar 42 persen atau setara Rp13 triliun. Sementara sisanya merupakan pembiayaan barang rumah tangga (
durable goods) sebesar Rp705 miliar.
Meski tumbuh stagnan, piutang pembiayaan yang dikelola perseroan hingga akhir 2016 mencapai Rp44,4 miliar.
Perseroan juga mampu menghemat biaya pendanaan sebesar 12 persen melalui diversifikasi pendanaan. Langkah tersebut membuat beban bunga turun dari Rp5,2 triliun pada 2015 menjadi Rp4,6 triliun di 2016.
Diversifikasi pembiayaan tersebut membuat biaya kredit perseroan turun 9 persen menjadi Rp1,4 triliun.
"Alhasil kami bisa mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang memuaskan dari sebelumnya Rp665 miliar pada 2015, menjadi Rp1 triliun pada 2016," ujarnya.
Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila mengatakan daya beli masyarakat yang diprediksi masih lemah, tahun ini perseroan lebih konservatif dalam menetapkan target pembiayaan, dimana penjualan wholesales sepeda motor baru akan diperkirakan stagnan dan penjualan mobil baru tumbuh sekitar 5 hingga 10 persen.
Tahun ini Adira Finance akan sedikit memodifikasi portfolio pembiayan dengan memperkecil pembiayaan di sepeda dan motor memperbesar porsi pembiayaan di segmen durable goods dengan target hingga di atas Rp1 triliun.
"Dengan asumsi outlook terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit naik di kisaran 5,2-5,3 persen, serta ada juga pengaruh karena indikasi The Fed menaikan suku bunga acuan," jelas Made.
(gen)