PLN Tambah Porsi PLTU dan PLTG dalam Revisi RUPTL Terbaru

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 14 Mar 2017 17:54 WIB
Karena target bauran energi berubah, PLN memastikan bahwa jenis proyek ketenagalistrikan yang dilelang juga akan disesuaikan.
Karena target bauran energi berubah, Direktur Perencanaan Korporat PLN Nicke Widyawati memastikan bahwa jenis proyek ketenagalistrikan yang dilelang juga akan disesuaikan. (CNN Indonesia/Galih Gumelar)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT PLN (Persero) akan mengubah bauran energi (energy mix) di dalam revisi Rencana Penyediaan Usaha Tenaga Listrik (RUPTL) 2017 hingga 2026.

Hal ini dilakukan seiring fokus perusahaan setrum pelat merah itu untuk mengoptimalkan penggunaan tenaga listrik di mulut tambang dan kepala sumur gas (well head).

Direktur Perencanaan Korporat PLN Nicke Widyawati menuturkan, porsi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) akan menjadi 50,4 persen di tahun 2025, atau berubah tipis dibanding target RUPTL sebelumnya 50,3 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, porsi penggunaan tenaga gas alias Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) akan berubah dari 24,3 persen menjadi 26,7 persen.

"(Bauran energi) harus berubah setiap tahun. Harus mengarah ke Rencana Umum Energi Nasional (RUEN)," jelasnya di sela Indonesia-Korea Business Summit, Selasa (14/3).

Karena bauran energi berubah, Nicke mengatakan bahwa jenis proyek ketenagalistrikan yang dilelang juga akan disesuaikan. Ia mengatakan, akan ada tambahan proyek PLTU mulut tambang yang akan ditawarkan di Kalimantan dan Sumatera, mengingat kedua pulau itu merupakan penghasil batu bara.

Kendati demikian, ia tak menyebut tambahan kapasitas yang bisa dihasilkan dari tambahan proyek tersebut.

"Karena sekarang diprioritaskan mulut tambang, jadi ini kita lakukan beauty contest dan menunggu RUPTL. Setelah ini kan ada beberapa (proyek) yang baru, seperti Kalimantan dan Sumatera Selatan. Pokoknya yang punya potensi mulut tambang," terang Nicke.

Rencananya, listrik yang dihasilkan dari tambahan PLTU mulut tambang ini akan disalurkan ke Sumatera bagian Utara. Namun, agar bisa menyalurkan listrik tersebut, PLN membutuhkan jaringan transmisi minimal bertegangan 500 Kilovolt (kv). Sementara itu, saat ini jaringan transmisi di Sumatera masih bertegangan 150 kv.

Ketentuan transmisi 500 kv diperlukan mengingat jumlah listrik minimum yang perlu disalurkan dari PLTU adalah 300 Megawatt (MW) untuk memenuhi tingkat keekonomian proyek. Jika kapasitas transmisi tidak ditingkatkan, maka PLN khawatir tidak dapat menyerap listrik dari PLTU mulut tambang.

Sembari menunggu transmisi tersebut, PLN berencana untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sumatera bagian Utara dengan tenaga hidro, dan geothermal. Hal ini juga tercermin di dalam perubahan porsi bauran energi masing-masing.

Rencananya, porsi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di tahun 2025 akan berubah dari 10,4 persen ke angka 12,3 persen. Sementara itu, kontribusi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) terhadap bauran energi juga akan berubah dari 8 persen ke angka 9 persen.

"PLTU mulut tambang memang dipriortaskan. Tapi karena jaringan di Sumatera belum menyambung ke utara dan hanya 150 kv, maka diperlukan tenaga lain dulu seperti gas, panas bumi, dan hidro. Untuk menyambungkan (listrik dari mulut tambang) kan perlu transmisi 500 kv dengan panjang 1.700 kilometer (km). Sekarang baru 100 km," pungkas Nicke.

Menurut data PLN, saat ini porsi PLTU di dalam bauran energi tercatat 55,6 persen dari kapasitas pembangkit terpasang. Sementara itu, pemanfaatan gas berkontribusi sebesar 25,8 persen dari bauran energi dan sisanya dipenuhi oleh Energi Baru Terbarukan (EBT). (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER