ANALISIS

Tahun Membara Emiten Batu Bara

CNN Indonesia
Jumat, 17 Mar 2017 13:05 WIB
Empat dari lima perusahaan batu bara yang melantai di bursa saham mampu mencatatkan pertumbuhan laba bersih. Prospek hijau di sektor tersebut.
Empat dari lima perusahaan batu bara yang melantai di bursa saham mampu mencatatkan pertumbuhan laba bersih. Prospek hijau di sektor tersebut. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kinerja emiten tambang batu bara tahun 2016 terbilang membaik jika dibandingkan tahun 2015. Hal ini bisa terlihat dari pencapaian pertumbuhan laba bersih empat emiten dari lima emiten batu bara terbesar yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Empat emiten tersebut terdiri dari PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS), dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI).

Golden Energy bahkan mencatat kenaikan hingga 1.613 persen sepanjang tahun lalu. Perusahaan berhasil meraup laba bersih sebesar US$34,44 juta dari sebelumnya yang hanya US$2,01 juta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Analis senior Binaartha Securities Reza Priyambada menjelaskan, kenaikan tersebut diluar ekspektasinya karena pendapatan perusahaan pun hanya tumbuh tipis. Selain itu, harga batu bara juga baru mengalami pertumbuhan secara bertahap mulai kuartal III 2016.

"Kan baru naik harga batu bara itu baru kuartal III, naiknya juga enggak langsung signifikan. Naik tapi landai," ungkap Reza kepada CNNIndonesia.com, Kamis (16/3).

Kemudian, Adaro Energy menyusul pertumbuhan laba bersih hingga 119, 5 persen menjadi US$334,62 juta dari posisi sebelumnya US$152,44 juta.

Tahun Membara Emiten Batu BaraAktivitas tambang batubara. (www.adaro.com)
Menurut Reza, meski kenaikan laba bersih Adaro Energy tembus 100 persen tetapi pencapaian itu terbilang masih wajar. Kenaikan laba bersih ini juga ditopang oleh efisiensi yang dilakukan Adaro Energy sepanjang tahun lalu.

"Lalu ada kontrak kerja pengadaan batu bara juga untuk pembangkit listrik. Itu mungkin jadi sumber mesin uang yang baru," terang Reza.

Analis Mandiri Sekuritas Yudha Gautama menyatakan kinerja yang di atas prediksi tersebut terutama karena keuntungan dari akuisisi Indomet Coal senilai US$197 juta dan turunnya tarif pajak efektif.

"Laba operasional sepanjang 2016 juga kuat, yaitu US$534 juta, berporsi 113 persen dan 111 persen terhadap prediksi kami dan konsensus, terutama terdongkrak oleh kenaikan rerata harga jual (ASP) batu bara US$43,4 per ton," jelasnya.

Selanjutnya, Indo Tambangraya berada di peringkat ketiga dari segi peningkatan laba bersih. Perusahaan membukukan laba bersih sebesar US$130,7 juta, naik 107,13 persen dibandingkan sebelumnya Rp63,1 juta.

Terakhir, Bumi Resources yang berhasil berbalik arah menjadi positif yakni, US$100,6 juta. Pasalnya, tahun 2015 lalu perusahaan menderita rugi bersih mencapai US$1,92 miliar.

Menariknya, berdasarkan laporan keuangan 2016 tidak diaudit, beban pokok pendapatan tertulis nol sejak tahun 2015 hingga 2016. Menurut Reza, hal ini mengindikasikan perusahaan tidak melakukan kegiatan penambangan selama tahun 2015 hingga tahun lalu.

"Nah, jadi mungkin dia pemasukan dari cadangan batu bara. Jadi meski tidak ada pasokan, tapi ada pemasukan yang dicatatkan," tutur Reza.

Sementara itu, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), satu emiten tambang batu bara lainnya yang masuk dalam lima besar bernasib kurang baik. Laba bersih perusahaan turun tipis 1,47 persen dari Rp2,03 triliun menjadi Rp2 triliun.

Pendapatan Masih Rentan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER