Faisal Basri: Pemerintah Jangan Terlalu Bergantung S&P

CNN Indonesia
Kamis, 23 Mar 2017 19:16 WIB
Faisal mencontohkan, tahun lalu S&P batal memberikan rating layak investasi meski pemerintah telah menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM).
Faisal mencontohkan, tahun lalu S&P batal memberikan rating layak investasi meski pemerintah telah menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM). (CNN Indonesia/Gentur Putro Jati)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat ekonomi Universitas Indonesia Faisal Basri menyebut, pemerintah tidak perlu berekspektasi lebih dengan Standard & Poor's dalam memberikan rating menjadi layak investasi untuk Indonesia.

Pasalnya, S&P terbilang pelit dalam memberikan rating. Faisal mencontohkan, tahun lalu S&P batal memberikan rating layak investasi kepada Indonesia meski pemerintah telah menghapus subsidi bahan bakar minyak (BBM).

"Dulu S&P bilang akan naikan rating kalau subsidi BBM dicabut. Jangan terlalu berharap rating akan dinaikan. Rating kita sudah cukup bagus," ucap Faisal, Kamis (23/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sekadar mengingatkan, S&P hanya memberikan rating BB+ untuk Indonesia. Namun, terlepas dari itu, Faisal menganggap rating atau kondisi Indonesia sendiri sudah cukup baik. Terbukti, dari imbal hasil (return) pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 15 persen sepanjang tahun lalu.

Kemudian, tingkat volatilitas laju IHSG dan nilai tukar rupiah terbilang stabil. Selain itu, kondisi politik yang terbilang aman juga menjadi sentimen positif bagi investor untuk masuk ke Indonesia.

Memang, politik di Indonesia sempat panas beberapa pekan terakhir terkait pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan demo yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) terkait Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Namun demikian, hal itu masih bisa teratasi oleh pemerintah Indonesia dan tidak menganggu kestabilan ekonomi dalam negeri. Paling tidak, demo tersebut tidak sampai ada korban jiwa.

Faisal menilai, Indonesia masih jauh lebih aman jika dibandingkan dengan Inggris terkait peristiwa penembakan di dekat gedung Parlemen Inggris, di kota London.

"Jadi risiko politik kita rendah, investor tetap masuk. Habib Rizieq teriak-teriak demo, nggak ada apa-apanya dengan kasus penembakan di Inggris, tidak ada bahaya di bawah tanah," papar Faisal.

Untuk diketahui, lembaga Fitch Rating dan Moody's telah memberikan rating layak investasi kepada Indonesia.

Pekan ini, perwakilan S&P bertemu dengan sejumlah menteri kabinet Presiden Joko Widodo. Nantinya, hasil penilaian dari S&P sendiri baru akan keluar pada Mei mendatang.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER