Nafan sendiri masih optimistis kinerja 10 emiten jumbo ini memiliki peluang untuk meningkat pada kuartal II 2017 sehingga IHSG dapat mencapai level 5.820. Pasalnya, para raksasa ini akan menjadi banyak incaran pelaku pasar dan secara otomatis akan menarik dana asing yang masuk (
capital inflow).
"Saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan likuid pastinya akan mampu memberikan
capital inflow terhadap lajunya IHSG," imbuh Nafan.
Namun begitu, Analis Oso Securities Riska Afriani mengingatkan agar emiten perbankan fokus untuk menekan rasio kredit bermasalah (
non performing loan/NPL) agar tidak membengkak. Pasalnya, pertumbuhan kredit akan semakin menggeliat pada kuartal II dan selanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena biasanya di kuartal pertama cenderung lebih rendah," imbuh Riska.
Kemudian, untuk emiten rokok sendiri perlu membuat strategi untuk meningkatkan pemasaran dan penjualan rokok ditengah adanya kenaikan PPN dan CHT.
"Dengan diversifikasi produk-produk rokok yang mereka miliki, apalagi ditopang oleh kebiasaan masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi rokok, memberikan optimisme bagi para emiten rokok terhadap prospek yang bagus di tahun ini," terang Nafan.
Tak berbeda jauh dengan Nafan, khusus emiten rokok sendiri Riska masih yakin Gudang Garam dapat mempertahankan laba bersihnya tumbuh
double digit. Sementara, Sampoerna dinilainya tetap dapat tumbuh positif karena perusahaan mampu menumbuhkan margin laba bersih.
"Ada upaya efisiensi perusahaan mampu meningkatkan margin laba bersihnya. Margin laba bersih dari Sampoerna berada di level 14,57 persen," jelas Riska.