Jaga Laju Ekonomi, Pemerintah Harus Waspadai Sentimen Global

CNN Indonesia
Sabtu, 06 Mei 2017 04:57 WIB
BPS meminta pemerintah memperhatikan segala sentimen dari ekonomi global, khususnya kebijakan perdagangan dari berbagai negara.
BPS meminta pemerintah memperhatikan segala sentimen dari ekonomi global, khususnya kebijakan perdagangan dari berbagai negara. (CNN Indonesia/ Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2017 berada di angka 5,01 persen karena mendapat sentimen positif dari kinerja ekspor yang tumbuh 8,04 persen di tiga bulan pertama.

Kepala BPS Suhariyanto atau yang akrab disapa Ketjuk mengatakan, hal ini sekaligus menepis sentimen negatif dari kebijakan perdagangan protektif yang disuarakan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

"Dari apa yang terlihat sampai Maret, nampaknya itu tidak terjadi karena persentase ekspor ke AS tetap tumbuh18,16 persen di kuartal I 2017 dengan kontribusi ke seluruh ekspor 11,7 persen," jelas Ketjuk, di kantornya, Jumat (5/5).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, Indonesia juga mendapat keuntungan dari kemitraan perdagangan dengan China yang menguat 6,9 persen dan dengan Singapura yang menguat 2,5 persen.

Dengan para mitra dagang tersebut tercatat, komoditas yang paling laris diperdagangkan berasal dari industri non-migas, seperti lemak dan hewan nabati, karet dan barang dari karet, bahan bakar mineral, kendaraan dan bagiannya, berbagai produk kimia, serta mesin dan mekanik.

Kendati demikian, Indonesia, lanjut Ketjuk tetap harus memperhatikan segala sentimen dari ekonomi global, khususnya kebijakan perdagangan dari berbagai negara. Sebab, pergerakan ekonomi yang dinamis membuat segala risiko masih ada bagi perdagangan Indonesia.

"Tentu tidak ada sebuah jaminan tapi bagaimana pun pemerintah Indonesia tetap harus mewaspadai risiko global dari negara-negara lain," kata Ketjuk.

Sebagai informasi, BPS mencatat, Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) sebesar Rp2.377,5 triliun dan PDB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp3.227,2 triliun.

Dari strukturnya, kontribusi PDB berasal dari konsumsi rumah tangga sebesar 56,94 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 31,56 persen, ekspor 20,5 persen, konsumsi pemerintah 6,58 persen, dan konsumsi LNPRT 1,19 persen.

Namun, secara pertumbuhan, indikator ekspor tumbuh yang paling tinggi, yakni mencapai 8,04 persen, diikuti Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) 8,02 persen, impor tumbuh 5,02 persen, konsumsi rumah tangga 4,93 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 4,81 persen, dan terakhir konsumsi pemerintah tumbuh 2,71 persen.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER