Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun nanti dapat mencapai 5,1 persen-5,3 persen. Proyeksi ini telah mempertimbangkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I yang tercatat 5,01 persen dan proyeksi kuartal II sebesar 5,1 persen.
"Perkiraan saya, kalau tahun ini mungkin sekitar 5,1 persen-5,3 persen," ujarnya, mengutip Antara, Selasa (9/5).
Diharapkan, kinerja konsumsi rumah tangga, investasi, dan belanja pemerintah yang belum terlalu berkontribusi padakuartal I lalu bisa mulai memberikan dampak positif pada perekonomian kuartal II.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mudah-mudahan kuartal II pertumbuhan 5,1 persen bisa dicapai. Jadi, bisa menjadi basis pertumbuhan pada semester kedua, dan mendorong pertumbuhan hingga akhir tahun," kata mantan menteri keuangan tersebut.
Bambang mencatat, pencapaian pada kuartal I 2017 masih terkontraksi 0,34 persen jika dibandingkan kuartal keempat tahun lalu. Hal ini dikarenakan belanja pemerintah yang masih lambat.
"Kuartal I memang sedikit lambat dibandingkan kuartal sebelumnya, karena spending (belanja) pemerintah lebih rendah. Kami perlu 'spending' lebih cepat (pada awal tahun), bukan lebih besar. Ini masalah timing (waktu), kalau lebih cepat, tidak ada kontraksi antara kuartal akhir dan kuartal pertama," imbuh dia.
Kontribusi ekspor yang besar pada pertumbuhan ekonomi kuartal I patut diwaspadai karena masih bergantung dari ekspor komoditas, seperti CPO (kelapa sawit), mineral dan karet, yang sedang mengalami momentum kenaikan harga di tingkat internasional.
"Ekspor polanya didominasi oleh komoditas, terutama perbaikan harga komoditas sawit dan tambang. Ini berarti, meski membaik, tapi harga komoditas selalu fluktuatif. Kami tidak bisa pastikan kuartal selanjutnya naik atau turun. Bukan itu yang kita inginkan," ungkap Bambang.
Ia berharap, kinerja ekspor di masa mendatang bisa didukung oleh ekspor dari sektor manufaktur dan lebih tahan terhadap gejolak dibandingkan sektor komoditas yang rentan.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor meningkat secara signifikan sejak awal tahun dan berkontribusi terhadap ekonomi Indonesia.
"Ekspor kuartal I tumbuh positif 8,04 persen dibandingkan kuartal I 2016 yang minus 3,29 persen. Ini menjanjikan, karena bisa tumbuh tinggi," kata Kepala BPS Suhariyanto.
Suhariyanto menerangkan, membaiknya kinerja ekspor ini dukung oleh perbaikan ekspor barang nonmigas dan jasa, seiring dengan membaiknya perekonomian, serta tumbuhnya permintaan di negara tujuan ekspor utama Indonesia.
"Perbaikan ekspor ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi di negara tujuan ekspor. Selain itu, ekspor jasa juga tumbuh sejalan dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara," imbuh dia.
Selain ekspor, kinerja pertumbuhan ekonomi pada kuartal I juga didukung komponen konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 4,93 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 4,81 persen, dan konsumsi pemerintah yang tumbuh 2,71 persen.
"Konsumsi rumah tangga tumbuh, tapi sedikit melambat dibandingkan kuartal I 2016, karena perlambatan penjualan makanan minuman, peralatan rumah tangga, mobil dan transaksi kartu kredit," pungkas Suhariyanto.