Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak melanjutkan penguatan pada sesi perdagangan Selasa (16/5). Penguatan masih dipengaruhi pernyataan Arab Saudi dan Rusia terkait perpanjangan pemangkasan produksi organisasi negara-negara pengekspor minyak
(Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) yang sedianya perlu dilakukan hingga kuartal I tahun 2018.
Namun, harga kemudian melemah tipis pasca perdagangan setelah adanya laporan American Petroleum Institute (API) tentang peningkatan persediaan minyak dan produk distilasi.
Dikutip dari Reuters, API melaporkan persediaan minyak mentah AS meningkat 882 ribu barel pada pekan lalu. Angka tersebut berbanding terbalik dengan pernyataan analis yang meramalkan penurunan persedian minyak sebesar 2,4 juta barel di periode yang sama. Selain itu, produk distilasi juga meningkat 1,8 juta barel, padahal analis meramal penurunan persediaan sampai 1,1 juta barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, pelaku pasar masih menanti laporan mingguan Energy Information Administration (EIA) AS yang akan terbit pada Rabu pekan ini.
Akibatnya, harga Brent berjangka melemah US$0,6 per barel ke angka US$51,22 per barel pasca perdagangan. Padahal, harga Brent sebelumnya ditutup menguat US$0,17 per barel ke angka US$51,65 per barel. Sementara itu, harga
West Texas Intermediate (WTI) turun US$0,58 per barel ke angka US$48,66 per barel.
Harga minyak telah memantul sebesar 10 persen sejak menyentuh titik terendah dalam lima bulan terakhir 11 hari yang lalu. Annggota OPEC juga berniat untuk mempertahankan pembatasan produksi hingga tahun depan.
Namun, pelaku pasar masih sangsi karena penurunan persediaan minyak melambat setelah OPEC dan beberapa produsen minyak lain setuju untuk memangkas produksi sebesar 1,8 juta barel per hari sejak awal 2017.
Pemangku kebijakan di Kuwait, Irak, Iran, dan Venezuela menyuarakan perpanjangan pembatasan produksi. Pertemuan untuk menentukan kebijakan ini akan dilaksanakan pada 25 Mei 2017 mendatang.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak menuturkan, perpanjangan pengurangan produksi dilakukan agar persediaan minyak komersial bisa melandai, sehingga pasar menjadi stabil. Hal itu didukung oleh International Energy Agency yang mengatakan bahwa pasar minyak dunia tengah mengalami keseimbangan ulang meski masih belum ada dampak signifikan terhadap persediaan minyak.