ANALISIS

Menakar Saham Tambang Pasca Rilis MSCI Index

CNN Indonesia
Rabu, 17 Mei 2017 12:08 WIB
Sejumlah emiten tambang batu bara masuk dalam daftar Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia Index yang baru. Bagaimana prospeknya?
Harga batu bara yang melejit hingga menembus US$100 per metrik ton di tahun lalu, tentu menjadi pertimbangan Morgan Stanley. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Seperti diketahui, sudah dua pekan berturut-turut indeks sektor tambang menjadi sektor yang mengalami penurunan paling dalam dibandingkan dengan sektor lainnya yang juga mengalami pelemahan.

Meski memang penurunan indeks sektor tambang pekan lalu lebih tipis, yakni 4,72 persen ke level 1.350,621. Sementara penurunan pekan sebelumnya mencapai 7,3 persen di level 1.417,505.

"Dengan masuknya beberapa emiten batu bara ini ke MSCI jadi ada keyakinan dari pasar terhadap outlook batu bara," jelas Alfred.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini disebabkan, beberapa perusahaan manajer investasi dan investor global biasanya langsung memasukan emiten yang masuk dalam MSCI sebagai portofolionya. Terlebih lagi bagi perusahaan manajer investasi yang juga akan melepas beberapa emiten yang dihapus dari daftar MSCI.

"Jadi memang ini jelas berpengaruh," imbuh Alfred.

Alfred memang tidak menapik penurunan harga komoditas batu bara yang terjadi beberapa waktu terakhir. Namun, harga batu bara yang melejit hingga menembus US$100 per metrik ton tahun lalu tentu menjadi pertimbangan Morgan Stanley berani memasukan emiten batu bara ke dalam daftar acuan investor global.

"Iya memang mengalami penurunan, tapi dari 2016 naiknya cukup kuat. Namun walaupun turun tahun ini tapi kalau dilihat rata-ratanya masih cukup baik di US$75-US$80 per metrik ton," jelasnya.

Di sisi lain, Direktur Investas Saran Mandiri Hans Kwee menganggap, indeks MSCI memang akan menjadi amunisi bagi beberapa emiten batu bara, khususnya emiten yang masuk dalam daftar indeksnya. Namun, bukan berarti harga saham emiten batu bara langsung meningkat tajam atau positif dalam jangka panjang.

"Kalau Morgan Stanley memasukan emiten batu bara mungkin memang bisa mengangkat tapi agak berat juga untuk naik jangka panjang," ujar Hans.

Hal ini tak terlepas dari sentimen global seiring dengan rencana beberapa negara yang akan mengurangi pemakaian batu bara dalam pembangunan pembangkit listriknya.

"Ya mungkin masih akan tertekan, tapi tidak anjlok sahamnya," pungkas Hans.

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER