Sri Mulyani Sebut Potensi Investasi Rp9.310 Triliun ke RI

CNN Indonesia
Rabu, 07 Jun 2017 09:25 WIB
Potensi tersebut ada setelah lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) meningkatkan rating kelayakan investasi dari BB+ menjadi BBB-.
Potensi tersebut ada setelah lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) meningkatkan rating kelayakan investasi dari BB+ menjadi BBB-. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, potensi aliran investasi yang dapat digaet Indonesia dari dana investasi (investment fund) dunia mencapai US$700 miliar atau setara Rp9.310 triliun (asumsi kurs Rp13.300 per dolar AS).

Potensi tersebut, jelas Sri Mulyani, dapat diakses Indonesia tepat setelah lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) meningkatkan rating kelayakan investasi dari BB+ menjadi BBB- pada Mei 2017 lalu.

Sebab, kelayakan investasi dari S&P telah memperkuat peluang investasi bagi Indonesia, yang sebelumnya telah mendapat rating layak investasi dari dua lembaga pemeringkat lainnya, yaitu Moody's dan Fitch.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita bisa mengakses (investasi mencapai) US$700 miliar, yang selama ini tidak bisa masuk ke Indonesia karena kita belum investment grade (dari tiga lembaga rating secara bersamaan)," ujar Sri Mulyani saat Rapat Kerja dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (Banggar DPR), Selasa (6/6).

Dengan potensi investasi sebesar itu, menurutnya, Indonesia akan banjir investasi dan pertumbuhan indikator investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 4,81 persen pada kuartal I 2017 lalu dapat terdongkrak.

Bahkan, bukan tidak mungkin, target pertumbuhan investasi yang tertuang dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (R-APBN) 2018 sebesar 8,0 persen dapat dicapai oleh Indonesia. Sebab, sentimen positif dari tiga lembaga rating turut membuat Indonesia kian 'seksi' di mata investor asing.

Kemudian, bersamaan dengan potensi investasi tersebut, Sri Mulyani memastikan bahwa pemerintah akan segera membuat proyeksi dan target investasi yang benar-benar bisa mengalir ke Tanah Air.

Adapun aliran investasi tersebut, akan diprioritaskan pemerintah agar bisa masuk ke proyek-proyek infrastruktur yang tengah digenjot oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), sehingga target penyelesaian sejumlah infrastruktur pada 2019 mendatang bisa dirampungkan pemerintahan Kabinet Kerja.

"Nanti kami akan mengoneksikan estimasi investasi US$700 miliar tersebut. Apakah minat di surat utang, pendanaan infrastruktur, atau nanti kita akan kembangkan," imbuh Sri Mulyani.

Tarik Investasi dari Jepang

Bersamaan dengan potensi investasi mencapai US$700 miliar tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo menilai, Indonesia memiliki peluang kebanjiran investasi dari Jepang dan menarik investasi dari Brasil yang mengalami koreksi rating kelayakan investasi.

"Negara seperti Brasil yang ada koreksi rating akhirnya dialokasikan ke Indonesia dan (Indonesia bisa mendapat aliran investasi) dari Jepang juga. Jadi, mereka berpotensi memperbesar porsi portofolionya ke Indonesia," ucap Agus.

Khususnya untuk Jepang, menurut Agus, Negeri Sakura tersebut berpotensi mengucurkan investasi karena manajer portofolio Jepang telah memberikan sinyal positif kepada negara yang telah mengantongi rating layak investasi dari tiga lembaga rating, seperti yang telah dimiliki oleh Indonesia.

Kemudian, dengan potensi dan sentimen tiga rating layak investasi tersebut, Agus melihat bahwa Indonesia bisa menampung investasi dalam bentuk investasi asing langsung dan investasi portofolio.

Untuk investasi asing langsung, dapat dialirkan secara langsung pada proyek-proyek infrastruktur di Indonesia. Sedangkan untuk investasi portofolio, dapat dialirkan ke pengelola investasi, seperti manajer investasi dan perbankan multinasional besar, Sebab, dengan rating tersebut, sejumlah manajer investasi tentu akan mengarahkan investor untuk menanamkan dananya ke Tanah Air.

"Begitu Indonesia dapat investment grade, porsi portofolio mereka akan membesar, misalnya dari 6,0 persen menjadi 8,0 persen. Jadi, mereka bisa menempatkan dana lebih besar ke Indonesia," pungkasnya.

Untuk Jepang, sebenarnya pada 8 Juni 2017 mendatang, pemerintah akan menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi yen Jepang atau samurai bonds, dengan nilai mencapai 100 miliar yen atau setara Rp12 triliun (dengan asumsi Rp120 per yen).

SUN tersebut terdiri dari tiga seri, yaitu RIJPY06020, RIJPY0622, dan RIJPY0624. Samurai bonds seri RIJPY0620 bernilai 40 miliar yen dengan tingkat kupon 0,65 persen dengan tenor selama tiga tahun atau jatuh tempo pada 8 Juni 2020.

Sementara, samurai bonds seri RIJPY0622 mempunyai nominal 50 miliar yen dengan tingkat kupon 0,89 persen dan bertenor selama lima tahun. Adapun, jatuh tempo seri ini pada 8 Juni 2022. Lalu, samurai bonds seri RIJPY0624 mempunyai nominal 10 miliar yen dengan tingkat kupon 1,04 persen dan tenor selama tujuh tahun. Jatuh tempo seri ini pada 8 Juni 2024.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER