Indonesia Tak Butuh Impor Gas Bumi Andalkan Lapangan Jangkrik

CNN Indonesia
Rabu, 12 Jul 2017 16:18 WIB
Produksi gas di lapangan Jangkrik direncanakan mencapai 600 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau lebih baik dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Produksi gas di lapangan Jangkrik direncanakan mencapai 600 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau lebih baik dibandingkan perkiraan sebelumnya. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut kemungkinan Indonesia mengurungkan niat mengimpor gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) pada 2019 mendatang. Pasalnya, produksi gas dari lapangan Jangkrik yang dikelola Eni Muata Bakau BV bisa menopang kebutuhan gas hingga periode tersebut.

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja mengungkapkan, produksi gas di lapangan Jangkrik direncanakan mencapai 600 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau lebih baik dibandingkan perkiraan sebelumnya, yaitu 400 - 450 MMSCFD.

Dengan catatan, permintaan LNG sudah memiliki komitmen (commited demand) tidak seluruhnya berubah menjadi permintaan terkontrak (contracted demand).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun, menurut neraca gas Indonesia, perkiraan commited demand gas tercatat 2.289 MMSCFD pada 2019 mendatang. Sementara itu, contracted demand gas di tahun yang sama mencapai 5.598 MMSCFD.

Tetapi, karena megaproyek pembangkit listrik 35 ribu MW tidak seluruhnya mencapai target dua tahun ke depan, maka commited demand ini kemungkinan direvisi lebih rendah lagi. Sehingga, Indonesia tidak usah mengimpor gas di periode tersebut.

"Kemungkinan besar tahun 2019 Indonesia tidak perlu impor karena produksi bagus dari yang diperkirakan. Tapi, kalau commited demand berubah ke contracted demand, maka tentu Indonesia perlu impor," katanya di Jakarta Convention Center, Rabu (12/7).

Ia menuturkan, Indonesia masih tidak akan impor pada 2020 mendatang, setelah kilang LNG Tangguh Train III milik British Petroleum (BP) Berau Ltd beroperasi. Setelahnya, kilang LNG Masela sudah bisa beroperasi pada 2025 hingga 2027. Diperkirakan kebutuhan nasional bisa tetap aman hingga 2035 mendatang.

"Setidaknya, proyeksi kami bilang lima tahun lagi Indonesia tak perlu mengimpor gas. Tidak perlu impor dari sisi volume, kalo dari sisi harga beda lagi ya ceritanya," terang dia.

Meski demikian, ia mengatakan bahwa PT Pertamina (Persero) sudah memiliki kontrak pembelian LNG dengan beberapa perusahaan untuk mengamankan kebutuhan dalam negeri. Adapun, perusahaan pelat merah itu sudah melakukan kesepakatan dengan Cheniere Energy, ExxonMobil, hingga Woodside untuk membeli LNG.

Namun, menurut Wiratmaja, Pertamina bisa mengalihkan impor LNG ini untuk lini bisnisnya di luar negeri. "Mereka tidak hanya impor untuk Indonesia, tetapi go global. Bisa diberikan ke bisnis di berbagai negara seperti Bangladesh," pungkasnya.

Sebelumnya, pemerintah memprediksi ada defisit gas pada 2019 dikarenakan suplai domestik tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pasalnya, permintaan gas potensial, terkontrak, dan commited pada tahun itu mencapai 9.323 MMSCFD dengan suplai 7.651 MMSCFD.

Sehingga, seharusnya Indonesia membutuhkan impor gas sebesar 1.672 MMSCFD di 2019.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER