Harga Kemahalan, Bank Mandiri Siap 'Pecah' Saham

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 08 Agu 2017 14:50 WIB
Langkah tersebut dilakukan bank pelat merah tersebut agar investor ritel bisa memiliki saham perseroan, sehingga lebih likuid.
Langkah tersebut dilakukan bank pelat merah tersebut agar investor ritel bisa memiliki saham perseroan, sehingga lebih likuid. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berencana melakukan pemecahan jumlah lebar saham (stock split) dalam waktu dekat. Adapun, langkah tersebut dilakukan agar saham lebih likuid dan investor ritel bisa memegang saham perseroan.

“Sedang kami lakukan, cuma kami tidak bisa menyatakan kapan. Harapannya setelah split, investor ritel dan kecil masih bisa memegang stock,” ujar Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Sulaiman Arif Arianto di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (8/8).

Meski begitu, perseroan masih belum tahu rasio pemecahan sahamnya. Rasio tersebut, imbuhnya, akan disesuaikan dengan kondisi pasar ke depannya. Namun, sejauh ini, perusahaan mempertimbangkan dua opsi yakni 1:2 atau 1:3.

“Kami masih belum sampai di sini (perhitungan rasio),” jelasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, saat ini Bank Mandiri memiliki 23,33 miliar lembar saham, di mana sebanyak 15,49 miliar diantaranya dikempit oleh investor dalam negeri. Adapun dari jumlah tersebut, sebanyak 196,24 juta lembar saham dimiliki oleh investor ritel dalam negeri.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per 14.30 WIB, harga saham Bank Mandiri mencapai angka Rp13.300 per lembar saham. Adapun, angka ini menguat dibandingkan posisi penutupan kemarin sebesar Rp13.175 per lembar saham.

Asal tahu saja, saat perdana melantai di bursa pada 14 Juli 2003, saham Bank Mandiri dilego dengan harga Rp675 per lembar. Jika dihitung sejak saat itu, maka saham bank pelat merah ini sudah naik 1.851 persen hingga perdagangan kemarin.

Dari sisi kinerja keuangan, Bank Mandiri mampu meraup laba bersih sebesar Rp9,5 triliun di semester I 2017. Raihan itu naik 33,7 persen dari Rp7,1 triliun di periode yang sama tahun 2016.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pertumbuhan laba tersebut sering dengan perbaikan kualitas kredit perseroan yang mendorong kontribusi pendapatan jasa perbankan. Pada Juni 2017, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) perseroan membaik dari 3,86 persen pada Juni 2016 menjadi 3,82 persen.

“Pencapaian positif ini membuktikan bahwa berbagai langkah perbaikan bisnis yang kami lakukan sejak tahun lalu telah membuahkan hasil yang signifikan,” ujar pria yang akrab disapa Tiko ini. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER