Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengaku, telah menyampaikan perhatian Pemerintah Indonesia terkait kenaikan tarif bea masuk komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) Indonesia dengan Menteri Industri Pengolahan Makanan India Sadhvi Niranjan Jyoti.
Perlu diketahui, belum lama ini, Pemerintah India menaikkan tarif bea masuk (import duty) CPO Indonesia sebesar dua kali lipat, yaitu dari 7,5 persen menjadi 15 persen. Hal ini dinilai sebagai upaya India menjegal kelapa sawit Indonesia, setelah resolusi yang dilakukan Uni Eropa.
Enggar mengatakan, kendati komunikasi telah dilakukan, namun belum membuahkan hasil. Sebab, Jyoti masih perlu membicarakan diskusinya dengan Mendag Indonesia ke Mendag India.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sudah sampaikan perhatian kami soal naiknya import duty 100 persen. Beliau (Jyoti) janji akan bahas secara internal," ujarnya di kantornya, Rabu (23/8).
Hal itu dibenarkan oleh Jyoti. Ia bilang, akan mengomunikasikan hal ini lebih dulu di tingkat internal pemerintahan. "Mendag Lukita punya perhatian yang sama pada bea masuk minyak kelapa sawit dan produk lainnya. Kementerian akan meneruskan konsen ini ke Kementerian Perdagangan India," tutur dia.
Komunikasi tersebut perlu dilakukan karena Indonesia dan India memiliki hubungan yang baik dan potensi perdagangan kedua negara terjalin menguntungkan. Sehingga, sangat disayangkan bila terganggu dengan kebijakan anyar Pemerintah India yang mengerek tarif bea masuk.
"Bisnis utama dari Indonesia, dari sektor pangan menempatkan India sebagai nomor tiga dari lima negara terbesar (tujuan ekspor Indonesia), termasuk dari industri pangan olahan," katanya.
Sehingga, kompromi soal tarif bea masuk CPO ini masih akan dibahas dalam beberapa waktu ke depan. Sembari menunggu hasil komunikasi soal tarif bea masuk CPO, Jyoti mengundang para pengusaha Indonesia untuk datang ke pameran industri India. Diharapkan, undangan ini dapat memperbaiki gangguan hubungan yang sempat terjadi.
"Kami mengundang seluruh pengusaha Indonesia untuk bergabung dalam pameran. Kami memiliki industri utama. India dan Indonesia memiliki kesamaan dari sisi populasi yang besar dengan fokus pada sektor pertanian dan hasil industri pangan olahan," terang Jyoti.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani menyambut baik undangan dari India, sembari berharap persoalan tarif bea masuk CPO Indonesia bisa segera diselesaikan.
"Itu akan dibahas di September akhir pada pameran Kementerian Perdagangan India yang kedua," tutur Rosan yang turut hadir.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan India mengumumkan kenaikan tarif bea masuk CPO menjadi 15 persen. Pajak impor minyak kelapa sawit olahan juga meningkat menjadi 17,5 persen dan 25 persen dari sebelumnya 12,5 persen serta 15 persen.
Pemerintah Indonesia pun langsung berupaya berkomunikasi dengan India agar kenaikan tarif bea masuk CPO Indonesia dapat dibatalkan.
Selain CPO, komiditas sejenis lain yang terkena peningkatan pajak impor, yakni minyak kedelai. Sementara, bea masuk minyak nabati lainnya masih tetap di level 12,5 persen untuk minyak mentah, dan 20 persen untuk minyak nabati olahan.