ANALISIS

Anomali Hijaunya IHSG di Tengah Aksi Jual Investor Asing

CNN Indonesia
Senin, 11 Sep 2017 12:02 WIB
Investor asing tercatat menarik dana hingga Rp6 triliun dari lantai bursa sejak awal tahun, namun Indeks Harga Saham Gabungan mampu tumbuh positif.
Dalam satu hingga dua bulan terakhir, pemodal asing terus menarik dananya dengan melakukan aksi jual saham, tetapi IHSG mampu positif sejak awal tahun. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Daya tarik pasar modal nampaknya tengah luntur di mata investor asing. Dalam satu hingga dua bulan terakhir, mereka terus menarik dananya dengan melakukan aksi jual saham.

Alhasil, jumlah dana asing yang keluar sejak awal tahun hingga akhir pekan lalu, Jumat (8/9), telah mencapai Rp6,02 triliun. Sementara, dalam hari itu saja jumlah dana asing yang keluar sebesar Rp2,73 triliun.

Padahal, investor asing sejak awal tahun 2016 hingga bulan Agustus tahun lalu masih tercatat beli bersih (net buy) sebesar Rp37,74 triliun. Khusus bulan Agustus tahun 2016, dana asing yang masuk ke pasar modal sebesar Rp12,86 triliun. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menariknya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di level 5.700-5.800 ditengah maraknya aksi jual saham investor asing saat ini. Meski tidak selalu menguat, tetapi indeks terpantau tidak sampai anjlok.

Pergerakan IHSG pun terlihat positif sejak awal tahun sampai 8 September kemarin. Bila dihitung, IHSG telah menguat sebesar 11 persen sejak awal tahun (year to date/ytd). Pada awal tahun, IHSG masih berada di level 5.275, sedangkan akhir pekan lalu ditutup di level 5.857.

"Ini tren baru, biasanya dulu kalau asing jualan IHSG pasti turun paling tidak 100 poin sampai 200 poin," ujar Teguh Hidayat, pengamat pasar modal kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (9/9).

Ia menilai, penguatan harga saham bekapitalisasi besar (big capitalization) menjadi katalis utama bagi IHSG. Seperti diketahui, indeks akan bergantung pada pergerakan saham berkapitalisasi besar. 

"Jadi saham-saham berkapitalisasi besar tidak kena imbas. Jadinya, IHSG bisa tetap stabil," papar Teguh.

Anomali Hijaunya IHSG di Tengah Aksi Jual Investor Asing(CNN Indonesia/Timothy Loen)
Buktinya, IHSG kembali mencapai rekor tertingginya pada bulan lalu. Tepatnya, pada 25 Agustus 2017 IHSG tembus ke level 5.915. Bahkan, pada perdagangan sebelumnya, 23 Agustus 2017 indeks juga telah mencapai 5.914.

Kondisi ini kemungkinan besar disebabkan banyaknya investor domestik baru. Umumnya, investor baru tidak akan memiliki saham lapis kedua atau ketiga. Mereka akan lebih memilih nama saham yang sudah terkenal dan biasanya memiliki nilai kapitalisasi besar.

Masuknya investor baru ini kemungkinan besar tidak lepas dari program BEI bertajuk "Yuk Nabung Saham" yang terus digaungkan sejak beberapa tahun terakhir. Maka, jangan heran jika banyak mahasiswa yang juga menyandang status investor pasar modal saat ini.

"Nah mereka itu kan istilahnya pemula, belum mengerti apa-apa jadi beli sahamnya yang mereka tahu. Mereka tidak mungkin mau ambil risiko," jelas Teguh.

Memang, beberapa saham berkapitalisasi besar mencatatkan kinerja yang cemerlang bila dilihat secara ytd hingga 8 September lalu.


PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) misalnya, kenaikannya melonjak hingga 30,84 persen dari Rp38.825 per saham pada awal tahun menjadi Rp50.800 per saham.

Kemudian, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) pada akhir pekan lalu tembus ke level Rp15 ribu per saham, atau naik 26,05 persen sejak awal tahun dari Rp11.900 per saham.

Selanjutnya, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) atau Telkom dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sama-sama naik pesat 19,49 persen menjadi Rp4.720 per saham dan Rp18.850 per saham.

Saham Kapitalisasi Mini Ikut Andil

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER