ANALISIS

Jurus Gaet Negara Nontradisional Demi Kerek Ekspor

CNN Indonesia
Selasa, 17 Okt 2017 12:16 WIB
Rekor neraca perdagangan Indonesia memberikan sisi lain yang ironis, pasar negara nontradisional dinilai perlu digenggam demi memperbaiki ekspor.
Rekor neraca perdagangan Indonesia memberikan sisi lain yang ironis, pasar negara nontradisional dinilai perlu digenggam demi memperbaiki ekspor. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- September lalu, neraca perdagangan Indonesia berhasil mencatatkan rekor surplus dengan nilai mencapai US$1,76 miliar. Bahkan, nilainya menggeser posisi surplus Agustus sebesar US$1,72 miliar, yang sebelumnya digadang sebagai capaian tertinggi sejak 2012 silam. 

Selain soal rekor, bila surplus Januari-September tahun ini dijumlahkan, angkanya tembus US$10,87 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, surplus hanya sekitar US$6,41 miliar. Artinya, total surplus tahun ini telah melonjak 69,5 persen.

Sayang, bila ditelaah, peningkatan surplus tersebut tak semata-mata karena gairah ekspor melonjak. Justru, ekspor tengah turun. Namun, surplus masih terjaga lantaran nilai impor kompak turun juga, sehingga memberi kompensasi meningkatnya surplus dari pos perdagangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor turun 4,51 persen menjadi US$14,54 miliar dari US$15,21 miliar pada Agustus lalu. Penyebabnya, ekspor non migas yang berkontribusi 90,7 persen pada total ekspor, melorot 6,09 persen.

Padahal, harga komoditas migas, seperti batubara tengah meningkat. Bahkan, sukses mengerek nilai ekspor hingga 12,71 persen menjadi US$1,44 miliar. Sayang, lagi-lagi kompensasinya belum bisa menutup bocornya potensi ekspor dari non migas.

Di sisi lain, Kepala BPS Suhriyanto bilang, ada pengaruh menurunnya ekspor karena faktor musiman (seasonal) beberapa negara tradisional, yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia.


Seasonal bisa dipengaruhi oleh hari-hari besar atau musim, misal saat ini lebih sedikit permintaan impor dari negara tertentu tapi mungkin nanti mendekati Natal, 25 Desember, lebih tinggi,” ucap Ketjuk sapaan akrabnya, Senin (16/10).

Namun, Ketjuk menyatakan, sayang rasanya bila nilai ekspor Indonesia terjegal faktor musiman hingga bergantung pada harga komoditas. Sebab, potensinya masih sangat besar, baik dari sisi produksi hingga pasar.

Dari produksi, kapasitas industri dalam negeri sejatinya masih bisa ditingkatkan, namun mutlak ditunjang dengan peningkatan daya saing. Caranya, bisa melalui kebijakan untuk mendapatkan harga bahan baku yang lebih rendah, sehingga harga jual produk juga lebih kompetitif dibandingkan pesaing, misalnya Vietnam.


Dari sisi pasar, pemerintah perlu memperkuat penetrasi ekspor ke negara-negara nontradisional. Caranya, dengan menambah jenis komoditas ekspor yang sesuai kebutuhan masyarakat negara setempat.

Misalnya, saat ini sudah ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) ke Iran, maka bisa ditambah dengan ekspor makanan dan minuman, tekstil, dan lainnya.

Hambatan ke Negara Nontradisional

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER