Wakil Ketua Bidang Perdagangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Benny Soetrisno mengatakan, memang sebenarnya para pengusaha ingin sekali memperluas jangkauan pasar ke negara-negara nontradisional.
Hanya saja, ibarat masa 'pedekate' dalam sebuah hubungan, pengusaha butuh pemerintah sebagai ‘mak comblang’ agar hubungan perdagangan lebih kuat, baik dari sisi pemerintah ke pemerintah hingga bisnis ke bisnis.
Sebab, di satu sisi, tentu tak mudah pula bagi pengusaha untuk menembus negara baru yang sebelumnya tak mengenal produk dari Indonesia hingga akhirnya tertarik menggunakannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Yang pasti hubungan perdagangan dari pemerintah ke suatu negara itu penting, bisa secara bilateral, regional, hingga multilateral,” ucap Benny.
Di sisi lain, ia minta agar implementasi kebijakan pemerintah khususnya untuk kalangan pengusaha kian dipertajam. Misalnya, dari sisi 15 paket kebijakan ekonomi yang dirilis dalam dua tahun terakhir, hingga yang teranyar, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 91 Tahun 2017 tentang Kemudahan Berusaha.
“Mungkin kalau kemarin sudah dipermudah perizinannya, sekarang bisa tarif bea masuk impor bahan baku itu diturunkan, agar harga produksi lebih kompetitif,” katanya.
Insentif lain, misalnya segera merealisasikan penurunan harga gas untuk industri, seperti yang sudah diberlakukan pemerintah untuk tiga industri, petrokimia, pupuk, dan baja di bawah US$6 per MMBTU atau maksimal US$6 per MMBTU.
"Kalau diberikan ke industri kaca, ekspornya pasti bisa lebih baik," imbuhnya.
Ia menyatakan, insentif-insentif seperti itu sangat penting agar daya saing bisa meningkat dan tak kalah dari negara-negara tetangga yang sebenarnya juga sudah lebih dulu melakukan perluasan ekspor ke negara nontradisional.