Jakarta, CNN Indonesia -- Memasuki kuartal IV 2017, perbankan pelat merah rupanya kembali melihat kesesuaian target pertumbuhan kredit sampai akhir tahun, dengan kondisi ekonomi terkini.
Kendati demikian, target yang dipasang bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih di atas rata-rata pertumbuhan kredit perbankan secara nasional sebesar 8,3 persen per Agustus 2017.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk misalnya, perusahaan rupanya memilih untuk menurunkan ekspektasinya. Semula, perusahaan membidik target 11-13 persen, namun kini merevisinya ke kisaran 9-11 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayang, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo enggan menjelaskan lebih rinci mengapa perusahaan pelat merah itu menurunkan targetnya. Namun, ia bilang, target 9-11 persen ini lebih optimis untuk dicapai perusahaan sampai tutup tahun nanti.
"Kami optimistis sampai akhir tahun bisa 9-11 persen. Akhir tahun ini bisa meningkat karena pertumbuhan lebih baik," ujar Tiko, sapaan akrabnya, Selasa (24/10).
Hanya saja, jika dilihat dari capaian perusahaan sampai kuartal III 2017, pertumbuhan kredit baru sampai angka 9,8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan kuartal III 2016.
Dengan pertumbuhan itu, perusahaan berkode saham BMRI itu mampu menyalurkan kredit hingga Rp686,2 triliun atau naik Rp61,03 miliar dari sebelumnya pada kuartal III 2016 senilai Rp625,12 miliar.
Sementara, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross sebesar 3,75 persen pada akhir September 2017 dari sebelumnya sebesar 3,81 persen pada September 2016. Sedangkan NPL net sebesar 1,04 persen, turut membaik dari semula 1, 27 persen secara tahunan.
"Kami yakin, NPL bisa mencapai target sebesar 3,5 persen secara gross sampai akhir tahun ini," katanya.
BNI Bermain 'Aman'Sejalan, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI hanya memasang target pertumbuhan kredit sekitar 13 persen. Angka itu memang masih lebih tinggi dibandingkan Bank Mandiri, tapi sejatinya pertumbuhan kredit kuartal III 2017 saja sudah mencapai 13,3 persen.
Artinya, BNI sudah bisa mencapai target tersebut, namun ternyata perusahaan lebih berhati-hati dan enggan mengerek patokan. Hal itu membuat perseroan hanya ingin mematok di angka sebelumnya.
"Kami tidak merevisi, targetnya tetap di atas 13 persen, penopangnya dari korporasi dan infrastruktur," ucap Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta.
Menurutnya, pertumbuhan kredit itu masih akan ditopang oleh penyaluran kredit ke sektor business banking yang saat ini mengambil porsi sekitar 78,3 persen dari total penyaluran kredit BNI.
Hal itu khususnya kredit yang diberikan ke segmen korporasi dan BUMN yang kemudian banyak mengalir ke proyek infrastruktur. Kredit ke korporasi tercatat sekitar 23,6 persen dan kredit ke BUMN 19,4 persen dari total penyaluran kredit.
 Aktivitas perbankan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Sementara secara total, penyaluran kredit BNI mencapai Rp421,41 triliun pada kuartal III 2017. Sedangkan periode yang sama tahun lalu, hanya mencapai Rp372,02 triliun.
NPL BNI secara gross berada di angka 2,75 persen pada kuartal III kemarin atau membaik dari periode yang sama tahun lalu sebesar 3,1 persen. Meski, dari sisi NPL nett lebih tinggi sedikit, dari 0,7 persen pada tahun lalu menjadi 0,8 persen. Targetnya, akhir tahun NPL finis di angka 2,5 persen.
BTN Genjot TargetDi sisi lain, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk rupanya masih lebih optimistis dengan target pertumbuhan kredit yang sejak awal dibidik pada angka 21-23 persen. Meski, sampai kuartal III 2017, pertumbuhan kredit baru mencapai 19,95 persen.
Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko mengungkapkan, perusahaan masih optimistis lantaran melihat prospek permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi sangat tinggi hingga tutup tahun nanti.
"Terutama KPR subsidi untuk pembangunan rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)," kata Iman.
Meski dari sisi penyaluran KPR non subsidi, misalnya kredit untuk rumah komersil terbilang cukup menantang karena ketatnya persaingan dengan perbankan lain.
Hanya saja, BTN tetap optimistis mengejar target tersebut. Bahkan, perusahaan sudah mengambil ancang-ancang target pertumbuhan kredit sampai 25 persen pada tahun depan.
"Caranya dengan menambah kerja sama dengan institusi atau lembaga dan perusahaan yang kebutuhan rumah untuk pegawainya cukup besar," jelasnya.
Misalnya seperti kerja sama BTN dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dan Perum Peruri pada beberapa hari lalu. Sehingga, permintaan KPR terus bertambah ke kantong perusahaan.
Pada kuartal III kemarin, penyaluran kredit BTN mencapai Rp184,5 triliun dari sebelumnya sebesar Rp153,81 triliun pada kuartal III 2016.
Sedangkan NPL gross BTN berada di angka 3,07 persen pada akhir September lalu dari sebelumnya 3,6 persen pada September 2016. Lalu, NPL nett sebesar 2,06 persen, turun dari 2,4 persen. Targetnya, NPL finis di angka 2,43 persen sampai tutup tahun.