Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan 0,01 persen. Sementara, secara tahun kalender
(year-to-date/ytd), inflasi tercatat 2,67 persen, inflasi tercatat sebesar persen dan secara tahunan
(year-on-year/yoy) sebesar 3,58 persen.
Adapun, laju inflasi ini lebih rendah dibandingkan Oktober 2016 sebesar 0,14 persen (mtm), Selain itu, angka ini juga tercatat melorot dibanding September dengan angka inflasi 0,13 persen (mtm).
Kepala BPS Suhariyanto atau yang akrab disapa Ketjuk menyebut, lima indikator inflasi umum mengalami inflasi dengan nilai tertinggi yakni makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau dengan angka inflasi 0,05 persen. Adapun, komoditas yang mengalami kenaikan adalah mie instan, lauk pauk, dan kretek masing-masing dengan inflasi 0,01.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, kenaikan inflasi juga terjadi di golongan perumahan, air bersih, listrik, gas dan bahan bakar dengan angka 0,04 persen. Dalam komponen ini, komoditas yang menyumbang inflasi tertinggi adalah tarif listrik dengan nilai 0,01 persen namun hanya terjadi di Batam, di mana tarif listrik ditentukan oleh Pemerintah Daerah.
Kendati begitu, melihat angka ini, ia yakin inflasi hingga akhir tahun bisa terjaga. "Ada beberapa komoditas lihat sampai Desember ada peningkatan karena liburan persiapan Natal dan Tahun Baru dan terjaga," ujar Ketjuk di kantor BPS, Senin (2/10).
Meski demikian, ada dua indikator yang mengalami deflasi yakni di komponen bahan makanan sebesar 0,09 dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dengan angka 0,03 persen. Menurutnya, banyak komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga memberi andil deflasi seperti ayam, bawang putih, ikan segar, dan sayur-sayuran.
Tetapi, ada juga kenaikan harga di cabai dan bawang merah "Dua komoditas ini mengalami inflasi seebsar 0,01 persen," lanjut Ketjuk
Berdasarkan komponen penyumbang, komponen inflasi inti
(core) tercatat menyumbang inflasi sebesar 0,17 persen. Sedangkan komponen gejolak harga pangan
(volatile foods) mengalami deflasi 0,53 persen persen dan tingkat harga yang diatur pemerintah (
administered price) mengalami deflasi 0,01 persen.
Berdasarkan wilayah, dari 82 kota IHK, inflasi terjadi 44 kota dengan inflasi tertinggi di Tual sebesar 1.05 persen dan inflasi terendah di Surakarta dan Cilegon sebesar 0,01 persen. Sementara 38 kota lainnya mengalami deflasi dengan yang terendag adalah Palopo dengan angka 0,01 persen.