Jakarta, CNN Indonesia -- Penggunaan internet melalui ponsel (
mobile internet) dinilai hanya berdampak minim terhadap pertumbuhan ekonomi domestik di Indonesia.
Berdasarkan hasil riset Penelitian dan Pelatihan Ekonomi dan Bisnis (P2EB) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada ditemukan, setiap 10 persen penambahan seluler di Indonesia hanya berdampak terhadap 0,4 persen terhadap nominal pertumbuhan PDB.
Direktur P2EB UGM Bambang Riyanto mengatakan, laporan tersebut dihasilkan dari riset secara kuantitatif dan kualitatif, meski penelitian dianggap masih belum sempurna. Sebab, riset ini baru membaca fenomena
mobile internet terhadap indikator makroekonomi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Ini baru tahap awal, namun hasilnya cukup positif. Dari 10 persen kenaikan pelanggan ponsel akan berpengaruh 0,4 persen terhadap kenaikan PDB,” jelas Bambang, Kamis (9/11).
Melengkapi ucapan Bambang, Deputi Direktur P2EB Artidiatun Adji mengungkapkan, penggunaan
mobile internet ini bukan merupakan dampak langsung (
direct effect) terhadap PDB. Sebab, sebelum berpengaruh terhadap PDB, dampak penggunaan
mobile internet tentu akan masuk ke komponen pembentuk PDB terlebih dahulu.
Meski demikian, pihaknya masih belum menghitung dampak pengenaan
mobile internet terhadap masing-masing komponen PDB. Ia mencontohkan, dari perhitungan PDB dari sisi lapangan usaha, bisa saja mobile internet berdampak tinggi terhadap pertumbuhan sektor usaha tertentu. Tapi, belum tentu dampaknya sama di sektor lainnya.
“Tentu ini harus dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengingat penelitian ini baru menilai dari sisi makronya semata,” paparnya.
Menurutnya, dampak penggunaan
mobile internet terhadap masing-masing komponen PDB disebabkan karena variabel penelitian yang baru bisa melihat dampak secara umum.
Sebab, berdasarkan referensi literatur yang digunakan sebagai acuan, penelitian ini hanya menggunakan variabel jumlah pelanggan selular di Indonesia dan perbandingan dengan negara-negara lain di kawasan Asia.
Untuk variabel jumlah pelanggan, penelitian menggunakan basis data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 di mana terdapat 358,94 juta ponsel yang beredar di Indonesia. Sementara untuk variabel perbandingan dengan negara lainnya, P2EB melakukan komparasi dengan 46 negara Asia yang kemudian dikelompokkan berdasarkan tingkat pendapatannya.
“Kami memang belum tahu dampak penggunaan
mobile internet terhadap masing-masing komponen pembentuk PDB dari sisi lapangan usaha. Sama juga, jika PDB dihitung melalui pendekatan pengeluaran, kami yakin ini juga akan mempengaruhi komponennya yakni investasi dan keterbukaan ekonomi melalui ekspor-impor,” tuturnya.
Guna menjelaskan dampak
mobile internet terhadap PDB, rencananya P2EB akan melakukan penelitian lanjutan dengan memanfaatkan data Survei Ekonomi dan Sosial Nasional (Susenas). Dari penelitian tambahan itu, diharapkan ada hasil komprehensif mengenai korelasi perilaku masyarakat dan sektor usaha dengan penggunaan
mobile internet.“Kami belum lihat secara lebih dalam lagi dampaknya
mobile internet terhadap golongan masyarakat per kelas dan kelompok. Ini akan kami coba lihat di penelitian selanjutnya,” ujarnya.
(lav)