Salurkan BBM Satu Harga, Pertamina Butuh Suntikan Dana Rp3 T

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 17 Nov 2017 12:05 WIB
PT Pertamina (Persero) mengaku membutuhkan dana segar mencapai Rp3 triliun untuk biaya operasional penyelenggaraan program Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga.
PT Pertamina (Persero) mengaku membutuhkan dana segar mencapai Rp3 triliun untuk biaya operasional penyelenggaraan program Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga. (Detikcom/Ari Saputra).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) mengaku membutuhkan dana segar mencapai Rp3 triliun untuk biaya operasional penyelenggaraan program Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga.

Direktur Pemasaran Pertamina M. Iskandar mengatakan, angka itu terdiri dari biaya operasional 2017 sebanyak Rp800 miliar, biaya untuk tahun 2018 sekitar Rp800 miliar hingga Rp1 triliun, sisanya akan digelontorkan tahun 2019. Adapun, biaya tersebut sebagian digunakan mensubsidi beban logistik.

“Bisa dibandingkan kalau kami kirim pakai pesawatnya saja Rp23 ribu per liter, begitu juga di darat. Harga eceran (solar) boleh saja Rp5.150 per liter, tapi ongkos kirimnya Rp23 ribu per liter,” ungkap Iskandar di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kamis (16/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menurut dia, Pertamina juga mengeluarkan biaya lain jika ada operasi tambahan. Hanya saja, ia tak merinci jenis operasi tambahan tersebut.

Iskandar melanjutkan, Pertamina sebetulnya masih sanggup untuk menanggung beban-beban tersebut. Sayangnya, saat ini pendapatan Pertamina masih tergerus oleh kenaikan harga minyak dunia sepanjang tahun ini.

Ia mengatakan, asumsi harga premium senilai Rp6.450 per liter dan Rp5.150 per liter diperoleh ketika harga minyak berada di kisaran US$37 per barel. Namun, saat ini harga minyak sudah menembus angka US$60 per barel, sementara pemerintah belum melakukan penyesuaian harga BBM penugasan.

Iskandar bilang, hal itu memang belum terlalu memberatkan Pertamina. Tetapi, tentu saja nantinya akan mempengaruhi setoran dividen ke pemerintah. Tahun depan saja, dividen Pertamina diperkirakan hanya Rp5,4 triliun atau lebih rendah dari target pemerintah yakni Rp8,12 triliun.


“Kalau misalnya harga minyak naik harusnya kan (harga BBM) diikuti naik. Kalau formula dipenuhi sih sudah cukup, tapi sekarang kan harganya di bawah formula,” paparnya.

Meski demikian, Pertamina tetap optimistis program BBM satu harga bisa rampung. Tahun ini, ia optimistis BBM satu harga bisa merambah 54 lokasi atau bertambah dari titik lokasi saat ini yang sudah ada di 29 wilayah.

November ini, sambungnya, akan ada 11 titik yang diresmikan dan ada 14 lagi yang kemungkinan bisa dilakukan antara November dan Desember 2017.

“11 kami akan operasikan di bulan November, 14 sisanya sudah kami persiapkan tergantung kesiapan daerahnya,” pungkas Iskandar.

Aturan mengenai BBM satu harga dimuat di dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 36 Tahun 2016, di mana lokasi penetapan BBM satu harga diatur di dalam SK Direktur Jenderal Migas Nomor 09.K/10/DJM.O/2017.

Sebagai informasi, Pertamina berencana merealisasikan 150 titik BBM satu harga hingga 2019 mendatang. Sementara itu, PT Aneka Kimia Raya (AKR) Corporindo Tbk akan menggarap 10 lokasi.

(lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER