Kredit Bermasalah KUR 2017 Turun ke Level 0,22 Persen

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Jumat, 05 Jan 2018 07:34 WIB
Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar 0,22 persen sepanjang tahun lalu, turun dari 0,37 persen di 2016.
Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar 0,22 persen sepanjang tahun lalu, turun dari 0,37 persen di 2016. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah mencatat, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) hanya sebesar 0,22 persen sepanjang tahun lalu. Angka itu menurun dari periode penyaluran KUR pada 2016 sebesar 0,37 persen.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, penurunan NPL didorong oleh pemberian jaminan pengembalian utang kredit oleh sejumlah lembaga asuransi.

Misalnya, Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo), PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) atau Askrindo, PT Jaminan Kredit Daerah atau Jamkrida, dan PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero) atau Askrindo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Mereka ada penjaminnya dari Jamkrindo, Askrindo, Jamkrida, Askrida. Makanya mereka bisa lebih patuh," ujar Iskandar di kantornya, Kamis (4/1).

Sementara dari sisi perbankan, Iskandar bilang, juga telah menerapkan penyaluran kredit yang lebih hati-hati (prudent), sehingga profil debitur yang akan mendapatkan KUR benar-benar dilihat dengan matang.

"Faktor lain, untuk KUR mikro ini tidak diwajibkan agunan tambahan, cukup proyek itu sendiri. Tetapi ada penjaminannya," jelasnya.

Selain itu, penyaluran KUR juga kian efisien lantaran perbankan mulai bekerja sama dengan perusahaan penyedia layanan jasa keuangan berbasis teknologi (financial technology/fintech). Adapun hal ini telah dilakukan oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melalui kerja sama dengan PT Amartha Mikro Fintek.

"Itu Mandiri mengembangkan dengan kerja sama dengan satu perusahaan fintech, namanya Amartha. Itu dia kerja sama dengan perusahaan fintech itu, modelnya mereka punya biometrik data masing-masing peminjamnya," tuturnya.


Iskandar menyebut, kerja sama Bank Mandiri dengan Amartha berhasil membuat biaya yang harus dikeluarkan bank untuk menyalurkan dan menagih utang kredit menjadi lebih rendah. Sebab, bank tak perlu secara konvensional mendatangi nasabah satu per satu.

"Jadi Mandiri menyalurkan dengan fintech tadi. Fintech itu menyalurkan ke kelompok. Itu hampir 0 persen NPL-nya," sebutnya.

Lalu, Iskandar juga melihat, ada pula peranan dari para komunitas penyalur KUR. Sebab, para komunitas itu benar-benar menghimbau anggotanya agar tidak menunggak pembayaran utang kredit.

"Contoh ada satu kelompok di Jawa Timur, dia kalau menunggak anggotanya, dia malu. Di desa itu bahkan lebih tertib lagi, makanya saya tidak heran NPL bisa 0,22 persen saja," terangnya.

Sementara untuk tahun ini, Iskandar menargetkan NPL bisa lebih rendah lagi dibandingkan tahun kemarin. Sayang, ia belum ingin menyebut target NPL untuk penyaluran KUR tersebut.


Per November 2017, pemerintah mencatat, penyaluran KUR telah mencapai Rp95,6 triliun atau sekitar 89,68 persen dari target Rp106,6 triliun.

Kendati begitu, Iskandar bilang, bila data penyaluran KUR telah direkap hingga Desember 2017, maka jumlah KUR yang telah diberikan kepada masyarakat bisa menyentuh kisaran 92-93 persen atau menembus kisaran angka Rp100 triliun.

Sementara untuk tahun ini, pemerintah menyiapkan sekitar Rp120 triliun yang siap diberikan kepada masyarakat. Hanya saja, berdasarkan kemampuan bank untuk menyalurkan KUR diperkirakan hanya sekitar Rp116,6 triliun pada tahun ini. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER