Kredit Bermasalah BRI Bengkak di Tahun Lalu

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Kamis, 25 Jan 2018 07:40 WIB
Rasio kredit bermasalah (NPL) BRI membengkak ke kisaran 2,23 persen pada tahun lalu dari posisi tahun sebelumnya yang di kisaran 2,13 persen.
Tahun lalu, BRI berhasil membukukan laba sebesar Rp29,04 triliun atau tumbuh 10,74 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). (www.ir-bri.com)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) mencatatkan peningkatan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) ke kisaran 2,23 persen pada tahun lalu dari posisi tahun sebelumnya yang di kisaran 2,13 persen.

Direktur Manajemen Risiko BRI Donsuwan Simatupang menjelaskan, terdapat beberapa langkah restrukturisasi yang tak berhasil dilakukan, sehingga membuat NPL bengkak. Gagalnya restrukturisasi, terutama terjadi pada kredit di sektor minyak dan gas (migas) serta perkapalan.

"Misalnya, ada industri perkapalan itu belum me-recovery sehingga restrukturisasi yang kami lakukan belum berjalan dengan baik. Di sektor lain, migas juga terjadi," kata Donsuwan dalam paparan kinerja di kantornya, Rabu (24/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati begitu, menurut dia, restrukturisasi rupanya berhasil dijalankan pada sektor-sektor tertentu, seperti pertambangan.

"Ini karena harga sudah membaik ke tingkat yang menguntungkan, meski volumenya belum mencapai titik normal yang pernah dicapai tapi level harga yang sudah cukup," terangnya.

Selain itu, NPL dilihat hanya membengkak sedikit lantaran perusahaan melakukan langkah penghapusan buku (write off) dengan total mencapai Rp9 triliun.

Meski NPL membengkak, namun pertumbuhan kredit BRI pada tahun lalu mencatatkan pertumbuhan. Penyaluran kreditnya mencapai Rp739,3 triliun atau tumbuh 11,44 persen (yoy) dari tahun sebelumnya sebesar Rp663,4 triliun.

Adapun penyaluran kredit ini ditopang oleh bisnis utama bank, yaitu kredit untuk segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Tercatat, penyaluran kredit UMKM mencapai Rp551,9 triliun atau 74,65 persen dari total penyaluran kredit. Sisanya, ke non-UMKM sekitar Rp187,4 triliun atau 25,35 persen dari total kredit.

Secara rinci, kredit mikro mencapai Rp239,5 triliun atau tumbuh 13,2 persen, kredit konsumer Rp114,6 triliun atau naik 14,4 persen, dan kredit ritel serta menengah mencapai Rp197,8 triliun atau meningkat 13,2 persen. Khusus untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), perseroan berhasil menyalurkan hingga Rp69,4 triliun kepada 3,7 juta debitur.

Sementara itu, penyaluran kredit perseroan ke segmen korporasi swasta sebesar Rp90,3 triliun atau tumbuh 7,4 persen. Adapun kredit ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rp97,1 triliun atau meningkat 4,6 persen.

Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) perserpam tumbuh 11,5 persen menjadi Rp841,7 triliun. Dari total DPK tersebut, sekitar 59 persennya merupakan komponen dana murah atau tabungan dan giro (Current Account Saving Account/CASA) yang mencapai Rp496,8 triliun. Sisanya, non CASA Rp344,8 triliun.

Sementara, Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 87,84 persen dari sebelumnya 87,93 persen, BOPO 70,74 persen dari sebelumnya 70,22 persen, dan Capital Adequacy Ratio (CAR) 22,84 persen dari sebelumnya 22,69 persen.

Dari sisi laba, perusahaan berhasil membukukan laba sebesar Rp29,04 triliun pada 2017 atau tumbuh 10,74 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan 2016 sebesar Rp26,23 triliun. Adapun, aaset perbankan pelat merah itu tumbuh 12,2 persen dari Rp1.003,6 triliun menjadi Rp1.126,2 triliun. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER