Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memproyeksi gelaran sidang tahunan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan Bank Dunia yang akan digelar di Nusa Dua, Bali pada Oktober tahun ini akan mendorong perputaran dana mencapai Rp4 triliun.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Causa Iman Karana mengatakan, kebutuhan selama sidang tahunan itu berlangsung, seperti makanan dan minuman menjadi salah satu faktor yang mendorong perputaran uang tersebut.
Selain itu, peserta sidang juga akan membutuhkan jasa transportasi, telekomunikasi, hingga kebutuhan penunjang lainnya selama acara berlangsung. Maklum, acara ini menghadirkan beberapa tokoh dari mancanegara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini akan menjalankan ekonomi di Bali lebih kencang," terang Causa, dikutip dari
Antara, Minggu (11/2).
Bila sesuai dengan rencana, lanjut Causa, acara yang pertama kali digelar di Indonesia ini bakal dihadiri oleh 15 ribu delegasi dari total 189 negara.
Menurut Causa, seluruh delegasi itu terdiri dari praktisi keuangan, ekonom, penentu kebijakan ekonomi, dan petinggi bank sentral negara peserta.
Sementara itu, pemerintah tidak menyia-nyiakan sisa waktu yang hanya tinggal tujuh hingga delapan bulan sebelum acara berlangsung. Causa menerangkan, pemerintah masih terus merampungkan beberapa proyek infrastruktur di Bali.
Lebih detil, proyek tersebut berupa jalur jalan bawah tanah atau underpass di simpang Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Kemudian, pemerintah juga memutuskan memperluas apron pesawat di Bandara Ngurah Rai. Hal ini agar kapasitas parkir pesawat berbadan lebar dapat mendukung padatnya lalu lintas penerbangan jelang pertemuan sidang tahunan IMF dan Bank Dunia.
Seperti diketahui, pemerintah telah menyiapkan dana sebesar Rp868 miliar yang diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)2018 untuk memenuhi pendanaan proyek infrastruktur dan akomodasi delegasi.
Melalui gelaran akbar ini, BI meramalkan pertumbuhan ekonomi di Bali dikisaran 6 persen-6,4 persen. Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian tahun 2017 yang hanya 5,59 persen.
(nat)