Jakarta, CNN Indonesia -- PT Sarana Menara Nusantara Tbk akhirnya menyelesaikan proses akuisisi 100 persen saham PT Komet Infra Nusantara (KIN).
Akuisisi senilai Rp1,4 triliun dilaksanakan dengan transaksi tunai.
Grup SMN menyetujui pembelian saham KIN dengan nilai nominal sekitar Rp 1,4 triliun tunai. Pembayaran akuisisi saham ini dibiayai dengan uang kas dari operasi.
Emiten bidang infrastruktur telekomunikasi itu berencana untuk mempertahankan KIN sebagai entitas yang beroperasi sebagai anak perusahaannya, yakni PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo). Ia berharap KIN akan memberikan nilai tambah untuk perusahaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan memadukan fungsi operasi dan pendukung antara KIN dan Protelindo untuk mewujudkan sinergi keduanya, juga iForte. Kami menantikan kelancaran transisi dengan memulai kombinasi dan rasionalisasi operasi," kata Direktur Utama SMN Aming Santoso seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (5/6).
Aming mengatakan setelah menjadi bagian dari Protelindo, KIN akan mendapatkan keuntungan dari rendahnya tingkat suku bunga karena mengikuti peringkat layak investasi yang disandang Protelindo.
Meski demikian, ada potensi belanja modal organik 2018 meningkat, dan tingkat kemampuan berutang meningkat tipis dari yang sebelumnya 1,5 x ke arah 2,0x, diukur dari EBITDA dibagi saldo pinjaman neto.
Wakil Direktur Utama SMN Bapak Adam Gifari menambahkan neraca keuangan yang kuat akan memberikan fleksibilitas untuk menjalankan akuisisi aset. Di saat bersamaan, perseroan akan menjalankan strategi Buy, Build, Return (membeli, membangun, dan mengembalikan).
Sebagai informasi, KIN memiliki lebih dari 1.400 menara telekomunikasi dan lebih dari 2.000 penyewa infrastruktur. Rerata pendapatan berjalan per tahun saat akuisisi diperkirakan sekitar Rp325 miliar.
Dari pendapatan tersebut, sekitar 70 persen berasal dari Telkomsel, XL Axiata dan Indosat.
Lebih dari 50 persen menara KIN berlokasi di luar Jawa. Tak hanya itu, KIN juga mengoperasikan jaringan nirkabel di Surabaya, Batam dan Medan.
Entitas gabungan ini akan memiliki lebih dari 16.400 menara, lebih dari 27.000 penyewa dan lebih dari 5.300 km kabel serat optik.
(agt/bir)