Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan
Sri Mulyani indrawati mewanti-wanti investasi bisa terhambat di tengah tekanan ekonomi eksternal yang menerpa Indonesia dan negara-negara lainnya.
Menurutnya, tekanan global, utamanya dari kenaikan suku bunga acuan Fed Rate yang diramal akan lebih dari tiga kali tahun ini tentu akan diantisipasi dengan stabilisasi. Tak heran, Bank Indonesia juga sudah merespons tekanan itu dengan menaikkan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR).
Hanya saja, kenaikan suku bunga menimbulkan disinsentif bagi investasi karena bisa bikin bunga kredit meningkat. Hasilnya, dunia usaha mengurangi permintaan kredit untuk ekspansi usaha.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, tekanan global yang berujung pada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga bikin kenaikan harga bahan baku impor dan barang modal yang dibutuhkan untuk realisasi investasi.
"Sekarang ini, yang akan mendapatkan tekanan paling besar dari tekanan global ini adalah investasi, karena dia akan dapat tekanan suku bunga naik, bahan baku, dan barang modal yang meningkat," jelas Sri Mulyani di Gedung DPR, Senin (2/7).
Menurutnya, hal yang perlu dilakukan pemerintah adalah menahan dampak tersebut dengan bauran kebijakan yang tepat. Bank Indonesia sendiri sebelumnya telah melakukan relaksasi kebijakan makroprudensial baru-baru ini dengan melonggarkan kebijakan loan to value yang bisa meningkatkan pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Sementara itu, instansinya sendiri akan melakukan kebijakan relaksasi fiskal utamanya untuk mendorong investasi bagi sektor berbasis ekspor dan substitusi impor dengan harapan defisit transaksi berjalan bisa ditekan.
Hanya saja, dengan kondisi perdagangan dunia yang sedang kocar-kacir, ia sedikit khawatir dunia usaha sedikit dingin merespons kebijakan tersebut.
"Tapi sekarang situasi pasar dunia sedang tidak pasti. Namun, itu lakukan semuanya supaya kami semua bisa lindungi momentum investasi supaya walau ada berbagai tekanan, dia tetap bisa dapat kompensasi dari pemerintah," jelasnya.
Jika investasi terhambat, maka tentu saja itu juga ikut terdampak kepada pertumbuhan ekonomi. Dengan melihat kondisi global, ia kini berhati-hati dalam menentukan target ekonomi di tahun 2019.
Alasannya, pertumbuhan ekonomi tentu juga menjadi asumsi dasar bagi penerimaan pajak tahun depan. Adapun sejauh ini, target pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan masih di kisaran 5,2 persen hingga 5,6 persen.
Namun, untuk tahun ini, Sri Mulyani masih yakin eprtumbuhan ekonomi bisa di kisaran 5,2 persen hingga 5,4 persen dengan pertumbuhan investasi bisa mencapai 8 persen.
"Maka di dalam 2019 kami harus hati-hati menetapkan target pertumbuhan ekonomi dan derivasinya ke pajak," pungkas dia.
(lav)