Pendapatan Emiten Ritel Melonjak 100 Persen Sepanjang 2018

CNN Indonesia
Kamis, 04 Apr 2019 18:13 WIB
Laba dua dari lima emiten ritel dengan nilai kapitalisasi besar, PT Sumber Alfaria Trijaya dan PT Mitra Adiperkasa sepanjang 2018 tumbuh 100 persen lebih.
Ilustrasi ritel. (CNN Indonesia/Dinda Audriene Muthmainah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kinerja emiten ritel sepanjang 2018 patut diacungi jempol. Dua dari lima emiten ritel dengan nilai kapitalisasi terbesar di sektornya bahkan mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga lebih dari 100 persen atau dua kali lipat.

PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) misalnya, sepanjang 2018 perusahaan tersebut berhasil mengeruk keuntungan sebesar Rp650,13 miliar, melonjak 116,51 persen dari posisi 2017 yang hanya Rp300,27 miliar. Pertumbuhan itu terjadi seiring pendapatan perusahaan yang juga tumbuh dari Rp61,46 triliun menjadi Rp66,81 triliun.

Kenaikan laba bersih fantastis juga dicatat oleh PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). Sepanjang tahun lalu laba bersih mereka tumbuh 119,87 persen. Untuk itu, perusahaan membukukan laba bersih tahun lalu sebesar Rp735,82 miliar dari sebelumnya Rp334,65 miliar.
Pendapatan Emiten Ritel Melonjak 100 Persen Sepanjang 2018Kinerja emiten ritel 2018. (CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi)
Head of Corporate Communication Fetty Kwartati Mitra Adiperkasa mengatakan realisasi kinerja pada 2018 merupakan buah atas transformasi bisnis yang dilakukan sepanjang tahun lalu. Selain itu, pembukaan gerai baru dan penawaran umum saham perdana entitas usaha turut mendorong kinerja perusahaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Kami juga mengambil langkah-langkah penting yang berkelanjutan dalam inisiatif strategis perusahaan, peluncuran PlanetSports.asia dan KidzStation.asia, serta membuka 58 gerai baru Starbucks pada 2018," papar Fetty seperti dikutip dari keterangan resmi perusahaan, Kamis (4/4).

Sementara, dua anak usaha Mitra Adiperkasa yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) turut membantu kinerja induknya, yaitu PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) dan PT MAP Boga Adiperkasa Utama Tbk (MABP).

Kebetulan, MAP Aktif Adiperkasa juga masuk dalam daftar lima saham ritel dengan nilai kapitalisasi terbesar. Perusahaan pemegang lisensi Planet Sports ini meraup laba bersih sebesar Rp353,41 miliar, naik 20,78 persen dari sebelumnya Rp292,59 miliar. Kinerja tersebut didorong pendapatan yang tumbuh 23,07 persen.

Dua emiten lainnya, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) ikut mencetak peningkatan laba bersih dua digit. Detilnya, keuntungan Ramayana Lestari Sentosa tumbuh 44,39 persen menjadi Rp587,1 miliar dan Ace Hardware Indonesia sebesar 24,09 persen menjadi Rp964,55 miliar.


Menariknya, kinerja emiten ritel yang bagus tersebut juga diikuti dengan rata-rata penurunan liabilitas atau kewajiban perusahaan. Rata-rata kewajiban perusahaan yang harus dilunasi turun.

Hanya dua perusahaan yang mencatatkan pertumbuhan liabilitas, yakni Ace Hardware Indonesia sebesar 18,21 persen dan Ramayana Lestari Sentosa 1,43 persen. 
Sementara, liabilitas Sumber Alfaria Trijaya turun 3,06 persen menjadi Rp16,14 triliun, MAP Aktif Adiperkasa 28,17 persen menjadi Rp1,3 triliun, dan Mitra Adiperkasa 8,49 persen menjadi Rp6,57 triliun.

Analis MNC Sekuritas Victoria Venny berpendapat penurunan liabilitas merupakan sinyal positif untuk keberlangsungan perusahaan ke depannya. Dengan penurunan tersebut, beban utang yang harus ditanggung masing-masing manajemen juga akan berkurang.

"Selain beban biaya, bisa juga memperbaiki rasio utang," tutur Venny kepada CNNIndonesia.com.

[Gambas:Video CNN]

Namun, ia mengingatkan agar investor tak langsung terlena dengan penurunan jumlah kewajiban yang harus dilunasi perusahaan ritel. Poin yang tetap harus dicermati adalah seberapa kuat posisi kas internal perusahaan.

Di sisi lain, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menuturkan turunnya liabilitas atau biasa disebut utang ini akan mempermudah perusahaan untuk melakukan ekspansi. Seperti diketahui, emiten ritel kerap membuka gerai baru tiap tahunnya guna mendorong kinerja.

"Kondisi ini akan menarik perhatian investor," kata dia.

William menyebut pembukaan gerai baru memang terbukti ampuh mengerek pundi-pundi rupiah bagi emiten ritel. Walau beban operasional ikut naik, tapi bila perusahaan tepat memilih tempat untuk gerai barunya, maka pertumbuhan pendapatan bisa melebihi beban operasional.


Itu jugalah yang membuat kinerja emiten ritel kinclong pada tahun lalu. Pertumbuhan konsumen di berbagai gerai membawa berkah untuk kantong perusahaan.

"Penjualan produk meningkat dalam setahun, kemungkinan besar karena ekspansi yang dilakukan juga berhasil," terang William.

Sementara itu, Venny berpendapat realisasi kinerja emiten ritel ini tak lepas dari peran pemerintah dalam menjaga daya beli konsumsi masyarakat. Beberapa langkah pemerintah yang dimaksud, antara lain mempertahankan tarif dasar listrik dan cukai rokok, serta menaikkan bantuan sosial (bansos).

"Selain itu, menjelang tahun pemilu, biasanya pemerintah membuat kebijakan yang populis untuk menjaga perekonomian Indonesia dengan meningkatkan porsi konsumsi domestik," papar Venny.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan konsumsi masyarakat sepanjang 2018 sebesar 5,05 persen. Dalam hal ini, indikator tersebut menjadi penyumbang terbesar untuk pertumbuhan ekonomi, yakni 55,74 persen.

Ia memprediksi kinerja emiten ritel tetap tumbuh pada tahun ini, hanya saja tak sekencang pada 2018 lalu. Masalahnya, usai pemilihan presiden (pilpres) pada April 2019, siapapun kandidat yang menang harus memikirkan untuk menaikkan tarif dasar listrik dan cukai rokok yang sudah ditahan tahun lalu.

"Kenaikan tersebut akan memicu peningkatan inflasi yang tentunya akan memberatkan konsumen," ujar Venny.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey menargetkan industri ritel tumbuh 10-12 persen tahun ini. Ia berharap konsumsi sebelum pilpres bisa mendongkrak industri ritel.

"Kami harapkan pada tahun 2019 biasanya dalam masa sebelum pilpres konsumsi meningkat," tutur Roy.

Menurutnya, peningkatan konsumsi sebelum pilpres bisa menjadi obat penawar bagi penurunan kinerja ritel yang terjadi belakangan ini. Ia mengklaim kinerja ritel belakangan ini memang melorot.
(aud/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER