Indeks Pensiun Global 2020 melansir sistem pensiun Indonesia terbaik ke-30 di dunia atau keempat di Asia. Sistem pensiun RI ada di grade C dengan indeks nilai 51,4. Nilai tersebut turun dibandingkan tahun sebelumnya yang ada di level 52,2.
Adapun, Belanda dan Denmark menjadi negara dengan peringkat pertama dan kedua terbaik di dunia dengan grade A untuk sistem pensiun paling baik.
Indeks pensiun di Indonesia lebih rendah karena penurunan net replacement rate (perbandingan pendapatan bersih saat pensiun dengan pendapatan bersih sebelum pensiun) yang dipublikasikan oleh OECD, termasuk karena faktor usia harapan hidup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pun demikian, di antara semua sub-indeks, Indonesia meraih skor tertinggi untuk integritas, yaitu 68,7. Diikuti oleh kecukupan (45,7) dan keberlanjutan (45,6).
Indonesia juga duduk di peringkat ke-23 untuk sub-indeks keberlanjutan yang mengukur kemampuan suatu sistem memberi manfaat di masa mendatang.
Kemudian, peringkat ke-25 untuk sub-indeks integritas yang mempertimbangkan faktor-faktor, seperti regulasi, tata kelola, komunikasi, dan biaya operasional.
Untuk sub-indeks kecukupan, RI berada di peringkat ke-33 yang melihat manfaat, desain sistem, tabungan, dan kepemilikan rumah di antara faktor-faktor lain untuk menentukan kemampuan memiliki pendapatan pensiun yang memadai.
Direktur Utama Mercer Indonesia Bill Johnston mengatakan untuk memperkuat skor pensiun di Indonesia, maka dibutuhkan perluasan jangkauan karyawan dan pekerja mandiri untuk menjadi peserta.
Selain itu, dibutuhkan lebih banyak dukungan dan perubahan kebijakan untuk mendorong kontribusi lembaga pensiun swasta, dan mengurangi kebocoran tabungan pensiun sebelum masa pensiun.
"Misalnya, dengan membatasi akses untuk mencairkan dana di BPJS dan DPLK," ujar Johnston dikutip dari Antara, Selasa (20/10).
Saran lain, sambung dia, memperbaiki tata kelola rencana pensiun dan transparansi untuk meningkatkan kepercayaan peserta dan masyarakat.
Studi Mercer CFA Institute Global Pensiun melansir dampak ekonomi akibat pandemi covid-19 menambah tekanan finansial yang dihadapi para pensiunan, di saat ini maupun masa yang akan datang.
Resesi ekonomi akibat krisis kesehatan covid-19, lanjut Johnston, menyebabkan rendahnya kontribusi pensiun dan imbal hasil investasi yang lebih rendah.
Di sisi lain, utang pemerintah terus meningkat di hampir semua negara di dunia. "Ini akan berdampak pada sistem pensiun di masa mendatang. Sebagian orang harus bekerja lebih lama dan sebagian orang lainnya harus puas dengan standar hidup yang lebih rendah saat pensiun," katanya.
Karenanya, ia menilai sangat penting bagi pemerintah untuk mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan sistem pensiun demi memastikan hasil jangka panjang yang lebih baik bagi pensiunan.