Pembiayaan LPEI Diprediksi Turun 5,10 Persen karena Covid-19

CNN Indonesia
Kamis, 19 Nov 2020 09:30 WIB
LPEI atau Indonesia Eximbank memperkirakan penyaluran pembiayaan turun 5,10 persen menjadi Rp93,08 triliun pada akhir tahun nanti karena covid-19.
LPEI atau Indonesia Eximbank memperkirakan penyaluran pembiayaan turun 5,10 persen menjadi Rp93,08 triliun pada akhir tahun nanti karena covid-19. (Dok. Indonesia Eximbank).
Jakarta, CNN Indonesia --

Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank memperkirakan penyaluran pembiayaan-nya turun 5,10 persen dari Rp98,09 triliun pada 2019 menjadi Rp93,08 triliun pada 2020.

Direktur Eksekutif LPEI Daniel James Rompas menuturkan penurunan kinerja pembiayaan itu tidak lepas dari pengaruh pandemi covid-19 pada perdagangan global. Per Oktober 2020, penyaluran pembiayaan LPEI mencapai Rp92,36 triliun.

"Pembiayaan turun karena kondisi market yang secara umum memang terjadi penurunan, namun kami yakin di 2021 naik lagi," ujarnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XI, Rabu (18/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mayoritas pembiayaan LPEI disalurkan pada sektor industri sebesar Rp43,46 triliun. Disusul oleh pembiayaan sektor pertanian dan sarana pertanian senilai Rp17,99 triliun.

Ia meyakini ekspor pada 2021 akan semakin pulih setelah pandemi covid-19 mereda, atau paling tidak setelah pertumbuhan ekonomi dunia kembali positif.

Selain itu, perkembangan vaksin covid-19 juga diharapkan mampu mendorong aktivitas ekonomi bangkit lebih cepat sehingga kinerja ekspor Indonesia kembali pulih.

"Produk perkebunan dan pertambangan diprediksi pulih dulu, dan manufaktur diprediksi akan segera mengikuti," katanya.

LPEI mencatat posisi laba bersih sebesar Rp234 miliar pada Oktober 2020. Targetnya, raihan laba hingga akhir tahun ini bisa mencapai Rp251 miliar. Daniel mengatakan proyeksi raihan laba meningkat hingga 2 kali lipat tahun depan menjadi Rp501 miliar.

"Laba bersih meningkat signifikan karena tahun lalu kami membukukan rugi, kami harap prognosa Desember 2020 akan meningkat positif jadi Rp251 miliar," tuturnya.

Namun, LPEI memiliki tantangan yakni menjaga posisi kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang masih tercatat 2 digit. Per Oktober 2020, posisi NPL secara net sebesar 11,8 persen.

Hingga akhir tahun, NPL net diprediksi bisa ditekan menjadi 11,7 persen atau setara Rp21,7 triliun. Sedangkan NPL gross ditargetkan sebesar 23,3 persen.

Daniel mengatakan NPL menjadi fokus perseroan saat ini. Targetnya, angka NPL net bisa ditekan menjadi satu digit pada 2022 yakni 9 persen. Sedangkan, NPL gross ditargetkan menjadi satu digit sebesar 7,3 persen pada 2024 mendatang.

"Kami akan turunkan kurang lebih Rp3 triliun tiap tahun, sehingga pada 2024 kami harap NPL neto sudah di bawah 5 persen malah kami bisa capai 4,4 persen," tutur dia

[Gambas:Video CNN]

Alokasi Dana PMN

Dalam kesempatan itu, Daniel menjelaskan LPEI menerima Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp5 triliun pada 2021. Ia menuturkan dana tersebut akan digunakan untuk penugasan umum dan penugasan khusus.

"Usulan PMN yang disampaikan jumlahnya sebesar Rp5 triliun, pembagiannya akan bersifat fifty-fifty, artinya penugasan umum Rp2,5 triliun dan penugasan khusus Rp2,5 triliun," jelasnya.

Secara total, realisasi PMN diterima yang diterima LPEI sejak dibentuk sebesar Rp18,7 triliun, yang terdiri dari PMN penugasan umum Rp12,5 triliun dan penugasan khusus Rp6,2 triliun. Dari jumlah tersebut, LPEI berhasil menyalurkan pembiayaan hingga 5 kali dari dana PMN.

"Sehingga total pembiayaan kami berjumlah Rp92 triliun per Oktober 2020. Dengan penjaminan yang kami berikan kepada debitur Rp9,4 triliun, asuransi Rp9,3 triliun, dan jasa konsultasi," katanya.

(ulf/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER