PT Adhi Karya (Persero) Tbk membukukan laba bersih senilai Rp23,7 miliar sepanjang 2020. Laba anjlok 96 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp665,1 miliar.
Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnawi Mukhson menyebut dampak pandemi terhadap pendapatan perusahaan tidak dapat dihindari. Bahkan, pada awalnya perusahaan sempat memproyeksikan kerugian sebesar Rp200 miliar bila tidak melakukan adaptasi, seperti menekan biaya.
"Posisi keuangan, pendapatan turun 30 persen, laba turun 96 persen," jelasnya pada press briefing daring, Rabu (21/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi pendapatan tercatat penurunan hampir 30 persen, dari Rp15,3 triliun pada 2019 menjadi Rp10,8 triliun. Lalu, arus kas operasi tercatat positif Rp1,4 triliun, naik Rp900 miliar dari tahun sebelumnya, disumbang dari pembayaran proyek jalan Tol Sigli-Banda Aceh dan LRT Jabodebek.
Dari sisi aset, Entus menyatakan perseroan memiliki aset senilai Rp38 triliun, naik 4,3 persen dari tahun sebelumnya.
Lebih lanjut, pada tahun ini, Entus menyebut pihaknya membidik target kontrak baru senilai Rp24 triliun hingga Rp25 triliun. Sementara itu, kontrak yang sudah ada (order book) senilai Rp60,3 triliun.
Dari sana, diharapkan pendapatan perusahaan dapat meningkat hingga 30 persen pada 2021.
Saat ini, Adhi Karya memegang 25 proyek strategis nasional (PSN), seperti LRT Jabodebek, Tol Sigli-Banda Aceh, jalan Tol Solo-Yogyakarta-New Yogyakarta International Airport, jalur kereta api lintas Makassar-Parepare, bendungan Way Apu Maluku, dan lainnya.
Pada tahun ini, ia juga menyatakan membidik pembiayaan proyek dari Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia Investment Authority (INA). Ia menyebut Adhi Karya belum memiliki proyek jadi yang bisa dilepas kepada investor INA, namun membutuhkan pembiayaan.
"Saat ini Adhi belum ada proyek selesai, persoalan bukan menjual proyek, tidak seperti Waskita, Jasa Marga, dan lainnya," paparnya.