Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mewacanakan mengganti maskapai BUMN PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dengan Pelita Air milik PT Pertamina (Persero). Opsi ini bergulir di tengah masalah yang membelit Garuda, seperti beban utang dan kinerjanya yang terseok-seok.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyebut kesalahan tata kelola dan manajemen ditengarai menjadi biang keroknya. Belum lagi, perusahaan kerap menandatangani sejumlah perjanjian kontrak untuk menyewa pesawat.
Penyertaan Modal Negara (PMN) dari pemerintah dianggap tak bisa diberikan karena total utang Garuda yang mencapai Rp70 triliun. Bahkan, Presiden Joko Widodo sudah menegaskan tak akan menyuntikkan dana ke BUMN yang sakit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bila seluruh opsi penyelamatan Garuda gagal, maka maskapai flag carrier ini akan ditutup. Selidik punya selidik, ada sederet maskapai dalam negeri mana yang pernah bangkrut dan tinggal nama. Berikut daftarnya.
1. Merpati Airlines
Jauh sebelum Garuda, maskapai penerbangan pelat merah yang terlebih dahulu 'mangkat' adalah Merpati Airlines. Maskapai ini pernah berjaya sebagai penerbangan perintis di daerah yang sulit terjangkau.
Dikutip dari berbagai sumber, Merpati didirikan atas dasar inisiasi Presiden Kedua RI Soeharto pada 1962 dengan modal Rp10 juta. Namun, masalah utang menghantui Merpati. Hingga 2014, banyak pegawai Merpati yang mengundurkan diri karena tidak diberi gaji selama 3 bulan berturut-turut.
Kini, Merpati tinggal nama. Perusahaan akan dibubarkan oleh Menteri BUMN Erick Thohir. Sebab, ia menilai perusahaan ini sudah lama menggantungkan kepastian para mantan pegawainya.
2. Adam Air
PT Adam SkyConnection Airlines atau yang lebih dikenal sebagai Adam Air adalah maskapai swasta yang berbasis di Bandara Internasional Juwata sebagai penghubung. Maskapai ini dirintis dan melakukan penerbangan perdana ke Balikpapan pada 2003.
Reputasi maskapai ini justru redup setelah serangkaian kecelakaan pesawat terjadi beberapa kali. Puncaknya, pada 1 Januari 2007 Adam Air dengan rute penerbangan Jakarta-Surabaya-Manado terjatuh di Selat Makassar. 102 penumpang termasuk awak penerbangan dinyatakan tewas dalam insiden ini.
Berselang satu tahun, pemerintah melalui Departemen Perhubungan secara resmi mencabut izin penerbangan Adam Air.
3. Bouraq Airlines
Mungkin terdengar asing di telinga, namun nyatanya maskapai ini beroperasi sejak 1970 dengan Bandara Soekarno-Hatta sebagai penghubung. Maskapai ini dimiliki oleh pengusaha Jarry Albert Sumendap.
Bouraq juga melayani penerbangan internasional dari dan menuju sejumlah negara, seperti Singapura, Malaysia, hingga Filipina. Aérospatiale N 262, McDonnell Douglas MD-82, hingga Boeing 737-200 pernah menjadi armada andalan maskapai berwarna tosca ini.
Pada 2005, maskapai ini resmi ditutup setelah sejumlah masalah keuangan menjerat Bouraq Airlines.
4. Bali Air
Serupa tapi tak sama, maskapai Bali Air juga dimiliki oleh seorang pengusaha pemilik Bouraq Airlines Jarry Albert Sumendap. Didirikan pada 1972, maskapai ini memiliki tujuh armada dan melayani penerbangan domestik.
Namun, masalah keuangan yang melanda induk perusahaan Bouraq Indonesia Group menjadi penyebab Bali Air ikut ditutup. Maskapai dengan logo burung berwarna ungu itu kemudian ikut bangkrut pada 2005.
5. Mandala Air
Maskapai yang merupakan anak perusahaan Saratoga Investama Sedaya ini pernah menjelajahi langit nusantara. Bahkan, Mandala memiliki sejumlah armada kawakan industri ternama, seperti Airbus A319-100 dan Boeing 737-200.
Namun, Mandala harus gulung tikar karena masalah utang yang mendera hingga Rp800 miliar. Sehingga, sebagian besar investor setuju untuk merestrukturisasi utang tersebut.
Selain itu, maskapai asal Singapura Tiger Airways turut membantu masalah utang dengan membeli 33 persen saham Mandala. Hingga Mandala Airlines mengubah nama menjadi Mandala Tiger Air.
Sayangnya, usaha tersebut justru kandas dan Mandala terpaksa ditutup pada Juli 2014.