Di sisi lain, Financial Planning Finansia Consulting Eko Endarto mengatakan masyarakat bisa memecah investasinya ke beberapa instrumen. Misalnya, 70 persen di instrumen berisiko rendah dan 30 persen ditempatkan di instrumen berisiko tinggi.
"Jadi 70 persen di deposito dan obligasi, 30 persen bisa di instrumen yang spekulasi, saham," kata Eko.
Ia menyarankan masyarakat mulai berpikir untuk memecah investasi dari sekarang. Sebab, bisa saja pasar saham atau rupiah bergerak fluktuatif beberapa waktu ke depan jelang tapering off.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena tapering off akhir November, lebih baik siap-siap sekarang karena saham dan yang lain perubahannya bisa sewaktu-waktu, bisa hari ini masih baik-baik saja, besok turun," ucap Eko.
Menurutnya, masyarakat bisa mulai memindahkan portfolionya sedikit-sedikit. Hal ini bisa dimulai dari investasi yang menguntungkan terlebih dahulu.
Sebagai contoh, A punya saham di salah satu perusahaan. Kinerjanya cukup ciamik beberapa waktu terakhir dan telah memberikan keuntungan.
"Saham yang sudah cuan, ambil saja dulu," imbuh Eko.
Sementara, saham yang belum memberikan keuntungan masih bisa ditahan dulu hingga beberapa waktu ke depan. Namun, investor harus memantau pergerakannya secara jeli setiap hari.
"Kalau belum untung tidak apa-apa ditahan dulu. Ini untuk antisipasi kerugian, lihat kondisi, mau seberapa besar kerugiannya," terang Eko.
Jangan lupa, investor juga perlu menetapkan titik cut loss. Kalau sudah terjun dalam, lebih baik segera jual daripada rugi semakin parah.
Lihat Juga :EDUKASI KEUANGAN Tips Investasi Kripto di Tengah Wacana Fatwa Haram |
Investasi selalu memberikan ketidakpastian. Untung dan rugi tergantung situasi pasar.
Tapering off memang bukan kabar baik bagi dunia, termasuk Indonesia. Namun, bukan berarti masyarakat harus meninggalkan investasi dan mendiamkan dananya di tabungan begitu saja.
Menurut Eko, masyarakat tetap harus berinvestasi. Pasalnya, investasi tetap akan lebih menguntungkan ketimbang menempatkan uang di rekening tabungan begitu saja.
"Jangan tinggalkan investasi, tapi jaga saja agar penurunannya tidak menghilangkan pokok (modal) investasi," pungkas Eko.
(agt)