Jakarta, CNN Indonesia --
Suasana di pusat perbelanjaan Thamrin City di Jakarta Pusat tampak lengah pada Selasa (12/9) siang.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, hanya segelintir pengunjung yang melihat-lihat pakaian yang jejerkan pedagang.
Ingar bingar proses tawar menawar antara pembeli dan penjual, sebagaimana lumrah di terjadi, kini hilang. Para penjual lebih banyak memiliki waktu luang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak ada kesibukan berarti. Mayoritas dari pedagang hanya bermain ponsel dan mengobrol satu sama lain. Tak jarang, ditemukan pedagang yang sampai tertidur saking sepinya.
Sekitar 30 menit CNNIndonesia.com berkeliling mal, pemandangan tak berubah. Tetap saja jumlah pengunjung yang datang dan bertransaksi hanya terhitung jari.
Ova (36), salah satu penjual pakaian di Thamrin City mengatakan penurunan orang yang datang berbelanja di Thamrin City terjadi semenjak Idul Adha pada Juni lalu.
"Ini semenjak habis Lebaran Haji. Tapi, makin sini, makin parah banget (sepinya)," kata dia.
Oleh karena itu, Ova harus pasrah dengan omzet yang turun drastis. Padahal saat ramai, ia bisa membawa pulang omzet Rp50 juta sehari.
"Sekarang buat yang lewat saja tidak ada, buat pelaris saja susah. Makanya kita benar-benar sudah beda banget, sudah kaya mati banget pasarnya sekarang," sambungnya.
Ova mengatakan sejak ia berjualan di Thamrin City pada 2015, sepinya pengunjung saat ini merupakan yang paling parah. Menurutnya, penjualan di mal atau pasar saat ini sudah kalah dari TikTok Shop.
TikTok Shop merupakan platform social e-commerce yang memungkinkan penjual untuk menawarkan produknya ke pengguna secara langsung. Penjual maupun kreator dapat menjual produknya melalui in-feed videos, LIVEs, dan tab katalog produk.
Ova menilai orang lebih memilih berbelanja di TikTok Shop karena harganya yang murah. Selain itu, pembeli juga tak perlu repot-repot datang ke pasar atau mal.
Berdasarkan pengetahuannya, harga barang di TikTok bisa lebih murah karena disubsidi oleh pihak platform. Ova mencontohkan penjual menjajakan barang di TikTok dengan harga Rp38 ribu. Namun, yang muncul di platform adalah Rp3.000.
Ia menyebut selisih harga itu ditutup oleh pihak TikTok. Artinya, pembeli membayar Rp3.000. Sedangkan, penjual tetap menerima uang Rp38 ribu.
Oleh karena itu, tak heran banyak pembeli yang sudah malas berbelanja ke mal.
"Dia (TikTok) juga bebas ongkir (ongkos kirim). Kita saja yang belanja ke pasar butuh ongkos, mending di rumah mencet (ponsel) saja datang (barangnya). Dengan harga segitu (murah)," kata Ova.
Sebenarnya, masalah itu tak lantas membuat Ova pasrah. Ia sudah mencoba beberapa cara untuk menyiasati agar pembeli kembali ramai, termasuk menurunkan harga.
Namun, tetap saja harga di TikTok jauh lebih murah.
"Kalau online yang lain itu masih bisa standar harganya, masih bisa, kaya Shopee masih standar, kalau TikTok luar biasa," imbuhnya.
Ia berharap pemerintah tak tutup mata dengan masalah yang dihadapi pedagang kecil sepertinya dengan segera turun tangan untuk mengatur penjualan online. Pengaturan terutama ia minta dilakukan pemerintah terhadap barang impor murah yang dijual di online shop.
"Kami tidak minta online shop ditutup, tidak. Tapi kan harapan kami bagaimana supaya, mungkin tidak kami saja, sudah ada komentarnya bagaimana menteri perdagangan kan dikasih tahu juga sekarang barang luar negeri pun banyak yang masuk ke sini, harganya lebih murah," kata Ova.
Segendang sepenarian dengan Ova, Sarah (24), pedagang lain mengatakan pengunjung Thamrin City kian surut dua minggu belakangan.
Ia juga mengeluhkan hal yang sama, yakni persaingan dagang dengan online shop. Sarah juga mengaku dirinya ikut berjualan secara online.
Namun, itu bukan fokus utamanya.
"Berpengaruh karena online kan, orang jadinya malas datang langsung, jadinya ke online," kaya Sarah.
Ia pun mengaku saat ini omzet hariannya anjlok lebih dari 60 persen.
"Sehari biasanya bisa omzetnya Rp3 juta, sekarang Rp1 juta," katanya.
TikTok Shop memang tengah menjadi perhatian pemerintah. Sebab, banyak keluhan soal serbuan barang murah asing di tanah air lewat platform tersebut.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan tidak hanya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang tak kuat meladeni banjir barang murah tersebut. Industri kecantikan hingga fesyen juga bertekuk lutut menghadapi gempuran barang yang dijual di TikTok Shop.
Untuk membahas masalah itu, Zulkifli menggelar rapat bersama Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Pembahasan termasuk terkait rencana pelarangan TikTok Shop di Indonesia.
Zulhas, sapaan akrabnya, mengatakan langkah ini sebagai tindak lanjut revisi Permendag Nomor 50 Tahun 2020 tentang Ketentuan Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik.
Kendati, Zulhas tidak bisa memastikan kapan revisi beleid tersebut rampung. Ia hanya menegaskan revisi dari Kemendag sudah selesai, tinggal menunggu proses harmonisasi.
Zulhas lalu merinci empat poin utama yang direvisi dalam Permendag Nomor 50 Tahun 2020 tersebut. Pertama, adanya positive list berisi barang yang diperbolehkan untuk diimpor.
Zulhas menekankan barang impor yang bisa diproduksi di dalam negeri tidak bakal masuk positive list.
Kedua, perizinan. Ia menyebut tidak boleh media sosial merangkap menjadi e-commerce dengan satu izin.
"Izinnya enggak boleh satu. Dia media sosial jadi social commerce, itu mati dong yang lain. Ini diatur," tegasnya di Harris Vertu Harmoni Hotel, Jakarta Pusat, Senin (11/9) lalu.
Ketiga, Zulhas menyinggung soal standar barang impor. Ia menekankan produk dari luar negeri juga kudu berstandar khusus, tidak boleh bebas masuk begitu saja. Begitu pula dengan asal-usul barang tersebut.
Keempat, nilai minimal belanja barang impor sebesar US$100 alias Rp1,5 juta. Ini diberlakukan agar tidak mematikan produk-produk lokal.
Sementara itu, Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki sudah memanggil pihak TikTok Indonesia untuk melarang para penjual dalam melakukan praktik predatory pricing atau memberikan harga yang tidak masuk akal. Namun hingga kini panggilan tersebut belum berbuah hasil.
Teten pun berpendapat jika pemerintah berani memberikan aturan, para pelaku penjual e-commerce seperti di TikTok tentu akan mau berkompromi.
Ia juga menyebut Presiden Jokowi tengah menyiapkan satgas transformasi digital terkait rencana pelarangan TikTok Shop di Indonesia.
Teten mengatakan selama ini pengaruh transformasi digital dalam perekonomian negara itu memang sangat besar dan tak terhindarkan. Sehingga perlu perlindungan untuk pasar domestik.
Dalam rapat dengar pendapat di Komisi VI DPR, Teten mengatakan agar Indonesia mencontoh China yang berhasil melakukan akselerasi digital, melahirkan ekonomi baru sekaligus melindungi pasar domestik dengan ketat.
"Ekonomi digital di China 90 persen dikuasai domestik, asing itu hanya 10 persen karena mereka mengatur demikian ketatnya. Karena itu waktu RDP (rapat dengar pendapat) yang lalu saya sampaikan kita tiru model China," kata Teten, Selasa (12/9).
"Di China platform digital tidak boleh monopoli. Media sosial dan dagang dipisah. TikTok sendiri di Tiongkok dipisah antara TikTok medsosnya dan TikTok Shop-nya. Nah, di Indonesia dibolehkan. Yang bodoh siapa?" sambungnya.
[Gambas:Photo CNN]
Maka itu, Teten menegaskan bahwa pemerintah harus segera mengatur ekonomi digital secepatnya. Jika tidak, transformasi digital bisa menjadi ancaman bagi ekonomi domestik sehingga dapat membunuh ekonomi lama.
"Harus melahirkan ekonomi baru, bukan membunuh investor lama, membunuh warung lama. Karena itu Pak Presiden saat ini sedang menyiapkan satgas transformasi digital," kata dia.
Di sisi lain, TikTok Indonesia meminta pemerintah mengkaji ulang rencana larangan TikTok Shop beroperasi di Indonesia.
Head of Communications TikTok Indonesia Anggini Setiawan menyebut hampir 2 juta bisnis lokal di tanah air tumbuh dan berkembang berkat hadirnya social commerce.
"Memisahkan media sosial dan e-commerce ke dalam platform yang berbeda bukan hanya akan menghambat inovasi, namun juga akan merugikan pedagang dan konsumen di Indonesia," kata Anggini kepada CNNIndonesia.com, Selasa (12/9).
"Kami berharap pemerintah dapat memberikan kesempatan yang sama bagi TikTok," imbuhnya.
[Gambas:Video CNN]