Kisah penemuan oleh Theodore Verhoven ini mengantar kita pada sebuah situs bersejarah di Manggarai, Flores. Liang Bua saat ini adalah salah satu situs gua yang membuat wisatawan penasaran.
Tidak hanya karena bentuk fisik gua tapi juga kisah manusia pertama penghuni Flores. Letaknya di sebuah perbukitan kapur di wilayah Manggarai. Nama Liang Bua oleh penduduk setempat diartikan sebagai ‘gua yang dingin’.
Secara administratif situs ini masuk dalam wilayah Desa Liang Bua, Kecamatan Ruteng Utara, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Liang Bua terletak kurang lebih sekitar empat belas kilometer dari kota Ruteng, ibukota Manggarai Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lubang besar ini membentuk tebing panjang yang tinggi sisi-sisinya, berdiri di bawah mulut gua ini seolah hendak masuk ke dalam mulut raksasa.
Panjang maksimum Liang Bua kurang lebih 50 meter, lebar kurang lebih 40 meter, dan tinggi bagian atap kurang lebih 25 meter. Batu kapur kokoh ini berkisah banyak tentang nenek moyang orang-orang Flores.
Mulut gua sangat lebar, cahaya matahari dapat leluasa masuk ke ruang utama gua yang luas. Stalaktit runcing menggantung di langit-langit gua kapur yang tinggi. Dilihat dari kondisi fisiknya, gua ini layak menjadi tempat tinggal manusia purba karena luas dan relatif datar.
Punggung gua ditumbuhi pepohonan rindang, sulur akarnya menggantung di bibir atas gua. Sinar matahari masuk melewati celah dedaunan menerangi ruangan gua yang menganga lebar ini.
Sirkulasi udara di gua sangat baik. Mulut gua yang lebar membuat gua menerima cukup sinar matahari sepanjang musim. Di ruangan utama gua yang luas, ada sepetak tanah agak amblas berbentuk sudut lancip. Titik tersebut adalah bekas penggalian manusia purba di Flores.