Rembesan air dari langit gua jatuh ke tanah. Menciptakan kolam kecil di tengah-tengah gua. Suara tetesan air ke kolam kecil di dasar gua terdengar cukup kuat. Gua batu kapur yang luas dan tinggi ini akan menciptakan efek gema bagi setiap bunyi yang melintas. Bahkan napas manusia sekalipun akan terdengar kencang.
Tik tik tik, suara air yang menetes jatuh terdengar keras ke sudut-sudut gua.
Hawa di Liang Bua terasa sejuk, semakin lembap jika makin masuk ke dalam gua. Di bagian belakang di dalam gua, ada bukit kecil dengan tumpukan batu-batu besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada ruangan kecil dan sempit di atas gua. Konon, itu adalah kamar Flo si manusia purba. Lubang kecil itu menyempil di sudut paling dalam gua.
Untuk menengok kamar manusia purba, harus melewati lorong kecil bebatuan yang sesak. Satu-satunya cara melewati lorong sempit ini adalah dengan cara merangkak.
Saat merambat masuk, jangan sembarangan menaruh pijakan kaki, cari pijakan yang tepat agar tidak terpeleset, bebatuan yang ditetesi air dari waktu ke waktu membuat lumut tumbuh subur dan jadi sangat licin. Alat bantu penerangan pun sangat dibutuhkan di sini.
Hitam pekat. Tak setitik cahaya pun singgah di ruangan gua, kamar Flo ribuan tahun lalu. Ruangan batu ini tidak besar, tingginya kira-kira hanya tiga meter dengan luas paling tidak sekitar 3 x 3 meter juga.
Mereka yang memiliki claustrophobia, fobia berada di ruangan sempit, dan achluophobia, fobia berada di kegelapan, sebaiknya menunggu cerita saja di luar. Sebab, oksigen semakin menipis di ruangan sempit dan gelap ini.
“Ini adalah kamar manusia purba zaman dahulu, karena dulu banyak binatang buas sehingga mereka memilih untuk berlindung di sini,” kata seorang pemandu wisata, penduduk setempat.
Menurut informasi dari petugas museum Liang Bua, sejauh ini telah ditemukan sekitar enam individu manusia purba, meskipun tidak ditemukan secara lengkap, hanya berupa bagian tubuh tertentu, seperti rahang, kaki, dan seterusnya.
Karena ciri-cirinya berbeda dari homo erectus dan homo sapiens, untuk sementara mereka dimasukkan ke dalam kelompok spesies tersendiri, dan dijuluki sebagai homo floresiensis.
(win/mer)