Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika meminum anggur, orang mungkin tak memerhatikan apa komposisi yang terpampang di botol. Sulfit, tanin, dan resveratrol. Orang yang memerhatikan mungkin pernah menyadari adanya tulisan zat tersebut di botol wine.
Tak banyak orang yang acuh dengan keberadaan zat dalam minuman fermentasi anggur ini. Lantas, banyak orang juga tidak mengetahui apakah zat-zat tersebut berbahaya bagi tubuhnya atau justru bermanfaat.
Kepada Health.com, seorang profesor enology, Jim Harbertson, memaparkan tujuh kandungan wine yang mungkin tidak disadari dan dampaknya pada tubuh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sulfit biasanya dimasukkan ke dalam wine untuk melindunginya dari oksidasi dan pertumbuhan mikroba yang tak diinginkan," ujar Harbertson. Dengan kata lain, sulfit menjaga minuman anggur agar tetap segar dan mencegahnya berubah menjadi cuka.
Sulfit memiliki dampak buruk bagi tubuh. Salah satunya adalah menyebabkan reaksi alergi, seperti bersin-bersin dan sakit kepala. Namun, kenyataannya tak banyak orang yang mengalami alergi ini.
Beberapa penelitian juga mengindikasikan bahwa sulfit memicu gejala asma. Namun, Harbertson belum dapat menemukan hubungan langsung antara sulfit dan gejala asma.
Senyawa berbasis nitrogen ini adalah alergen yang umum ditemukan dalam makanan dan dapat menyebabkan respons inflamasi.
Histamin biasanya muncul saat anggur memasuki tahap fermentasi kedua untuk menghaluskan keasaman dan tekstur. Sayangnya, hampir tidak mungkin mendeteksi wine mana yang sudah memasuki tahap ini karena tidak tertera di kemasan.
Kendati demikian, Harbertson mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir. "Belum ada penelitian jelas yang mendemonstrasikan bahwa kandungan histamin dalam minuman anggur menyebabkan masalah buruk bagi kesehatan tubuh," katanya.
Setelah meneguk beberapa jenis wine, terkadang ada rasa kering di mulut. Sensasi itu disebabkan oleh tanin, polifenol yang terproduksi di dalam proses pembuatan wine.
Mikronutrisi ini sebenarnya dapat membantu tubuh menyembuhkan penyakit jika dicampur dengan makanan. Namun, kondisi berubah ketika tanin tercampur dalam minuman anggur.
"Komponen alami ini terikat dengan protein air liur dan protein dalam sistem pencernaan manusia sehingga manfaat kesehatannya lebih terbatas," ucap Harbertson.
Antioksidan ini banyak ditemukan di kemasan serum dan krim kecantikan karena khasiatnya untuk mencegah penuaan dini. Namun, tulisan resveratrol tidak banyak ditemukan dalam kemasan minuman anggur.
"Merujuk pada penelitian belakangan ini, tidak jelas apakah ada manfaat kesehatan dari meminumnya karena kandungan resveratrol dalam wine rendah," tutur Harbertson.
Meskipun kemungkinan ada manfaat kesehatannya, Harbertson menyarankan untuk membatasi konsumsi wine, setidaknya sampai seminggu sekali. Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Chemistry Central Journal menunjukkan bahwa beberapa jenis wine mengandung logam berat seperti tembaga dan mangan. Logam memiliki dampak buruk jika dikonsumsi oleh tubuh.
Menurut Harbertson, hal ini tidak perlu dikhawatirkan. "Badan Makanan dan Obat Amerika Serikat sudah memonitor kandungan logam berat dalam minuman anggur dan mengindikasikan bahwa konsentrasinya lebih rendah dari batas yang ada dalam regulasi," ujarnya. Keuntungan dari wine rendah alkohol adalah perasaan mabuk yang lebih ringan ketimbang minuman lain. Harga dan rasanya pun lebih ringan.
"Alkohol tidak diubah menjadi tenaga seperti makanan lain yang Anda asup sehingga tidak akan diserap seperti kalori lain," ucap Harbertson.
Alkohol adalah sumber kalori utama dalam minuman anggur. Maka, wine dengan label rendah alkohol akan memberikan tenaga lebih sedikit dari yang tinggi alkohol.