Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi Anda yang ingin berhenti mengisap rokok namun rasanya seperti mendaki gunung lewati lembah, terlalu berat, agaknya perlu untuk memerhatikan lebih dalam mengenai kebiasaan buruk tersebut.
Ibarat tidak mungkin ada asap jika tidak ada api, dokter ahli paru-paru yang sekaligus kepala Klinik Berhenti Merokok, Feni Fitriani menjelaskan sebab musabab seseorang dapat terjebak dalam kenikmatan semu dari rokok.
"Ada faktor-faktor yang menyebabkan seseorang dapat menjadi seorang perokok, setidaknya kami mengelompokkannya menjadi empat faktor," kata Feni kepada CNN Indonesia, ketika ditemui di Universitas Indonesia, Kamis (28/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab musabab seseorag menjadi perokok ini juga menjadi sebab seseorang kembali lagi ataupun susah untuk berpaling dari rokok. Faktor-faktor tersebut adalah biologis, tingkah laku, psikologi, dan sosial.
Keempat faktor tersebut dapat saling memengaruhi ataupun terkait satu dengan yang lainnya. Pada banyak kasus perokok di kalangan usia muda, merokok pertama kali datang dari lingkungan sekitar yaitu dari teman. Mulai dari coba-coba karena bujuk rayu ataupun ancaman teman, menjadi kemudian sebuah kebiasaan. Artinya, faktor sosial sangat memengaruhi.
Faktor sosial tidak dapat dilepaskan dengan faktor psikologi para perokok, baik yang berupa calon ataupun sudah yang terjerat. Bagi para calon perokok, psikologis yang labil dan mudah terbujuk seringkali menjadi lubang utama seseorang terjatuh menjadi perokok.
Sedangkan bagi yang sudah mengalami adiksi berat, kondisi psikologi seseorang akan menjadi terganggu apabila secara biologi atau fisiologi hasil merokok tidak dapat diterima dengan cukup oleh tubuh.
Ketika asap rokok dengan nikotinnya masuk ke dalam aliran darah, maka akan terbawa hingga ke otak yang menyebabkan keluarnya dopamin, atau zat yang sanggup menimbulkan rasa tenang dan nyaman. Namun, ketika nikotin berkurang, maka dopamin juga berkurang yang menyebabkan gelisah, resah, dan kondisi psikologis lainnya.
Faktor yang menyebabkan merokok tersebut akan semakin parah dengan faktor kebiasaan buruk untuk tidak mencegah rokok menyala dan asapnya masuk ke dalam tubuh. Kebiasaan itu pula dapat didorong dari lingkungan sekitar si perokok.
"Masalahnya, kami tidak mungkin memastikan pasien untuk meninggalkan lingkungan sosialnya, semuanya kembali kepada masing-masing pasien," kata Feni.
Namun, ketika seorang pasien sudah menetapkan diri untuk sembuh dari rokok, ada beberapa faktor yang dapat menguatkan cita-cita luhur tersebut demi kelangsungan hidup yang lebih baik.
Yang pertama menurut Feni adalah niat dari dalam diri yang kuat. Niat dan motivasi yang kuat akan mendorong pasien untuk menjauhi dan pada akhirnya membuat pasien sembuh dari ketergantungan rokok.
Jika pasien tersebut memilih untuk mengikuti sebuah terapi, maka niat awal dan motivasi tersebut harus tetap terjaga selama menjalani proses terapi berhenti merokok yang tidak sukses dalam satu malam.
Setidaknya pada Klinik Berhenti Merokok RS Persahabatan, butuh waktu sekitar tiga bulan untuk menjalani terapi dan mengonsumsi berbagai obat yang sudah disediakan pihak klinik sebagai pengobat ketergantungan nikotin.
"Dukungan keluarga juga sangat dapat menguatkan pasien, terutama menjalani masa sakaw," kata Feni.
Masa sakaw yang terjadi akibat terputusnya aktivitas merokok perlu dipahami dan menjadi perhatian bagi keuarga pasien. Feni yang juga menjadi tenaga pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut mengingatkan keluarga untuk rajin mengingatkan pasien akan keinginannya untuk sembuh.
Masa sakaw dalam diri perokok yang ingin berhenti terjadi dalam rentang waktu mulai dari kegiatan merokok terakhir hingga empat sampai enam pekan setelahnya. Kondisi yang terjadi adalah munculnya perasaan yang sangat kuat untuk kembali merokok hingga yang paling berat adalah munculnya halusinasi.
"Seringkali keluarga menjadi tidak tega dan akhirnya memberikan rokok kepada perokok yang tengah sakaw, justru tindakannya tersebut menjauhkan ia dari kegiatan berhenti merokok,” kata Feni.
Upaya ketiga adalah dengan mengubah kebiasaan merokok dengan hal yang lebih positif dan menyehatkan. Kegiatan apapun dapat menjadi positif selama jauh dari benda yang bernama rokok, apapun bentuk dan jenisnya.
Faktor terakhir yang dapat mendukung pasien dapat berhenti merokok adalah penggunaan obat-obatan yang mendukung terapi penghentian rokok. Beberapa obat yang disarankan oleh Badan Kesehatan dunia (WHO) adalah Nicotine Replacement Therapy (NRT), Antidepresan, dan Varenicline.
Apabila seorang perokok memutuskan untuk berhenti merokok, setidaknya akan mengalami beberapa perubahan dalam dirinya seperti mengutip kampanye yang disebarkan Klinik Berhenti Merokok sebagai berikut:
1. Dalam 20 menit: tekanan darah dan denyut jantung membaik
2. Dalam 12 jam: tingkat karbon monoksida di dalam darah kembali normal
3. Dalam 48 jam: sistem aliran darah membaik, fungsi jantung dapat meningkat
4. Dalam 2-12 pekan: nikotin tidak lagi terdeteksi, indra pengecap dan penciuman membaik
5. Dalam 1-9 bulan: napas pendek atau sesak dan batuk berkurang
6. Dalam 1 tahun: risiko jantung koroner berkurang setengahnya
7. Dalam 10 tahun: risiko kanker paru berkurang setengahnya dibanding masih merokok
8. Dalam 15 tahun: risiko serangan jantung dan stroke turun ke tahap yang sama dengan bukan perokok