Jakarta, CNN Indonesia -- Bahasan mengenai Islam dan Ramadan agaknya tak dapat lepas dari Timur Tengah, terutama Arab Saudi. Mekkah sebagai tempat bernaungnya kiblat seluruh umat Muslim selalu dijadikan patokan.
Tak heran, umat Muslim dari berbagai belahan negara melancong ke Arab Saudi demi menikmati suasana Ramadan khidmat. Namun, umat Muslim di Indonesia sebenarnya tak usah jauh-jauh untuk menikmati suasana Ramadan tersebut.
Indonesia memiliki Serambi Mekkah, yaitu Daerah Istimewa Aceh. "Bagi yang tidak sanggup ke Mekkah, mari ke Banda Aceh. Nikmati suasana Ramadan yang sangat hidup di Banda Aceh. Ini adalah bagian dari wisata Islami," ujar Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa'aduddin Djamal melalui konferensi video dari Banda Aceh yang ditampilkan dalam jumpa pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mempromosikan wisata Islami pada Ramadan kali ini, Illiza mengadakan pengajian rutin di empat masjid terkemuka di Banda Aceh. Tak tanggung-tanggung, imam kenamaan dari Arab Saudi diterbangkan ke Aceh.
Berikut adalah empat masjid yang dapat dijadikan tujuan wisata Islami selama Ramadan di Aceh.
Masjid megah dengan tujuh menara di sekelilingnya ini dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada 1612, ketika Kesultanan Aceh masih berjaya. Masjid ini pun menjadi pusat kegiatan Aceh.
Ketika agresi militer dilancarkan pada 1873, Belanda membumihanguskan masjid ini. Warga Aceh pun murka.
Untuk meredam amarah warga Aceh, Belanda akhirnya membangun kembali masjid tersebut pada 1877. Hingga kini, masjid ini masih menjadi salah satu pusat kegiatan ibadah umat Islam di Aceh.
"Pada sepuluh hari terakhir Ramadan, akan ada Syeikh Ali Jaber dari Riyadh yang memimpin salat Tarawih dan Qiyamul Lail (salat Tahajud),” kata Illiza.
Selain itu, masyarakat juga dapat menikmati santapan berbuka di Pasar Aceh yang terletak di belakang Masjid Baiturrahman. "Berbagai kuliner khas Aceh tentunya tersedia di sana," ucap Illiza.
Masjid yang terletak di Kecamatan Meuraksa, Banda Aceh, ini didirikan oleh Sultan Aceh pada Abad ke-17 dengan nama Masjid Jami’ Ulee Lheu.
Ketika Masjid Raya Baiturrahman dibakar habis oleh Belanda pada 1873, Masjid Jami’ Ulee Lheu menjadi benteng perlindungan warga dan tempat untuk menjalankan ibadah salat Jumat. Sejak saat itu, nama Masjid Jami’ Ulee Lheu berubah menjadi Masjid Baiturrahim.
"Orang sering ke sana untuk beribadah karena masjid ini terkenal sebagai satu-satunya bangunan yang masih berdiri tegak setelah tsunami 2004 menghantam, sementara bangunan lainnya sudah hancur jadi puing," kata Illiza kepada CNN Indonesia.
Selama Ramadan, Pemerintah Kota Banda Aceh juga sudah menyiapkan acara pengajian bersama imam dari Timur Tengah di masjid ini.
Masjid ini juga dikenal dengan sebutan Kupiah Meukotop. Di bagian atas mimbat terdapat relief timbul berbentuk kopiah dari pahlawan nasional, Teuku Umar.
Permukaan Kupiah Meukotop dicat warna-warni dengan perpaduan merah, hitam, hijau, dan kuning. Di atas Kupiah Meukotop bertengger lambang bulan sabit.
Ulama dari Timur Tengah juga siap mengadakan pengajaran di Masjid Baitul Musyadah selama bulan Ramadan.
Masjid ini dianggap sebagai simbol gotong royong. Terletak di Jalan Moehammad Daud Beureueh, Banda Aceh, masjid ini dibangun pada 1979.
Saat tsunami melanda Aceh, masjid ini luluh lantak dan tak dapat dijadikan tempat ibadah lagi. "Akhirnya Sultan Oman membantu pembangunan masjid ini. Sampai sekarang, masjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Oman," kata Illiza kepada CNN Indonesia.