Jakarta, CNN Indonesia -- Berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), terdapat sembilan merek pembalut yang mengandung klorin dengan kadar yang sangat tinggi. Yakni, rata-rata 16 – 55 ppm (part per million).
Informasi dari laman badan organisasi dunia (WHO) menyebutkan, untuk menilai risiko jangka pendek atau jangka panjang paparan dioksin (klorin) terhadap kesehatan, total atau rata-rata asupan harus dinilai selama beberapa bulan. Menurut WHO, toleransi asupan harus dinilai selama minimal satu bulan.
“Para ahli menetapkan toleransi asupan bulanan (PTMI) pada 70 pikogram/ kilogram per bulan. Pada tingkat ini jumlah dioksin dapat dicerna sepanjang hidup tanpa efek terhadap kesehatan yang terdeteksi,” berdasarkan informasi tentang dioksin atau klorin dari laman WHO.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
M. Nurhadi Rahman, Ketua Asosiasi Ginekolog, mengatakan bahwa masyarakat tidak bisa berharap benar-benar terbebas dari klorin.
“Susah untuk benar-benar terbebas dari klorin. Klorin dipakai pada pemutih, di kolam renang untuk mematikan kuman. Jadi sebenarnya harus bisa disikapi dengan bijak,” kata Nurhadi merujuk pada pengumuman hasil penelitian YLKI, saat dihubungi oleh CNN Indonesia.
“Masyarakat sebaiknya tidak menelan mentah-mentah informasi yang ada,” katanya menambahkan.
Menurut WHO, dioksin (klorin) adalah polutan lingkungan. Zat kimia ini disebut sebagai 'dirty dozen', sekelompok bahan kimia berbahaya yang dikenal sebagai polutan organik yang kuat (POPs). Dioksin adalah zat yang perlu diperhatikan karena memiliki potensi yang sangat beracun. Berdasarkan sejumlah percobaan, dioksin memengaruhi sejumlah organ dan sistem tubuh.
Setelah memasuki tubuh, dioksin akan bertahan lama karena kestabilan kimia dan kemampuan mereka untuk diserap oleh jaringan lemak, untuk kemudian disimpan dalam tubuh. Menurut WHO, zat ini dapat hidup di dalam tubuh selama tujuh sampai sebelas tahun.
Menurut Nurhadi, di Amerika Serikat, pemutihan pembalut bebas klorin yang dibolehkan oleh badan kesehatan Food and Drug Administration (FDA) adalah elemental chlorine.
Artinya, dia menambahkan, pembalut yang dipakai di Amerika adalah pembalut yang bebas klorin, tapi tetap memiliki kadar klorin yang sangat kecil.
“Pembalut mereka bebas klorin tapi tetap memiliki kandungan klorin yang kecil sekali, yaitu 0,1 sampai 1 dari satu triliun dioksin klorin,” ucapnya. Kandungan klorin tersebut dikatakan bebas, tapi masih ada, ujar Nurhadi.
Apakah di Indonesia memakai standar yang sama, Nurhadi mengaku tidak mengetahuinya.
(win/mer)